Wednesday 21 May 2014

Dia Adalah Agus

Ini waktu yang sangat tepat untuk menceritakan siapa Agus, yang sebelumnya kamu baca di kisah Mengejar Ibu Ningsih  SATU dan DUA.  Sebenarnya malas untuk aku ceritakan, tapi harus. Karena ini menyangkut soal Ningsih.

Tanah yang sangat basah diguyur hujan dari sore, udaranya menjadi lembab tapi itu bagus dan khas wanginya. Sama khas dengan aroma kopi hitam yang Aku teguk disela obrolan bersama Agus.

Kami senang mengobrol dimalam hari, apalagi jika malam sedang hujan. Jangan bilang aneh. Karena Kami berbeda dengan kalian yang mainstream. Dibanding obrolan lewat sosial media yang menjauhkan yang dekat dan mendekatkan yang jauh.

Tempatnya kecil hanya ada bangku panjang yang berhadapan karena itu warung kopi biasa. Tapi menjadi sangat luas oleh tema obrolanku bersama Agus. Obrolan kami bisa menyangkut politik, budaya, isu hangat, fitnah dajjal, spongebobs atau apalah itu yang penting jika sudah mau adzan subuh kita pulang.

Sudah tutup waktu itu warungnya dari sore, itu warung Mang Hardi kami menyebutnya dengan istilah @HardyShowCoffea yang buka dari jam 9 pagi dan tutup jam 5 sore. Hey,  jangan tanya Kami bisa dapat kopi dari mana semalam itu, karena Agus siap mengajak mencari warung yang buka walau sudah dini hari. 

Kopi sudah didapat dan stock rokok Marlboro merah cukup sampai pagi.
Hanya ada Kami berdua saja diwarung yang tutup itu, duduk diarea warung yang sepi pinggir jalan. Angin malam tak akan terasa, jelas Kami sudah kebal akan dinginnya. Tak seperti pemuda lain yang memilih untuk tidur karena esok harus kerja. Kasihan mereka tidak bisa memanfaatkan malam seperti Kami.

Saat itu Agus sudah bekerja menjadi staff sekolah, bukan serabutan service komputer lagi, tugasnya sekarang  menjadi operator sekolah yang mengurus administrasi guru-guru yang seprofesi dengan Ibunya, Ningsih juga guru tapi tidak satu sekolah. Beda sekolah dan itu selalu dibahas ketika Agus merindukannya.

“Tau tidak kenapa aku mau menjadi seorang operator Sekolah ?” 

Tanya Agus kepadaku yang bisa menebak pasti itu gara-gara Ibunya yang memintanya bekerja dan rambutnya yang sudah pendek. Memang benar, jika saja Ibu Agus tidak memintanya bekerja, mungkin agus lebih memilih menghabiskan waktu menjadi seniman lukisan pasir atau menjadi rocker bisa juga menjadi superman klo mau.
 
Agus pernah gondrong, katanya biar dibilang rocker. Sepertinya saya punya fotonya waktu itu saat ngejam bareng sebelum pementasan band kami. Ini dia agus saat masih gondrong.

Agus waktu masih gondrong. sumber foto : http://dani5513.tumblr.com/image/86265192400


Gimana keren gak ? pasti kamu bilang Agus sangar yah, kaya preman kampung si Freddi. Dan Tuhan sempat menegurnya dengan sebuah kecelakaan kecil satu minggu sebelum pementasan band kami, sehingga kepala Agus bocor, terpaksa dia mencukur rambutnya rapih. Lagian mana ada sekolah yang nerima pegawai operator berambut gondrong. Kecuali band kami yang tetap menerima gitaris yang sudah tidak gondrong.

Agus yang sudah tidak gondrong

“Tapi sekarang Aku masih menjalankan passionku sebagai seniman Dan.” 

Katanya sebelum aku sempat menjawab pertanyaan pertama.

“Bagaimana cara membagi waktumu dengan pekerjaan dan kegiatan kuliahmu?” tanyaku yang seolah tak percaya Dia sanggup menjalankan ketiganya setiap hari.

“Itu mudah Dani, waktu yang aku atur, bukan Aku yang diatur oleh waktu.”

Itulah jawaban Agus, Dia memulai hari dengan pagi yang berkutat dengan kerjaan di Sekolah, lalu disiang hari menjalani hobinya menjadi pelukis pasir, sampai malam hari harus kuliah. Kamu harus percaya itu. Saya saksinya.

Awalnya kendala yang dihadapi adalah membagi porsi dari ketiga kegiatan tersebut, disaat sekolah tempat Agus bekerja menuntut waktu yang lebih banyak, otomatis hobinya melukis dikesampingkan terlebih dahulu. Bahkan waktu itu hobinya tetap dijalankan tapi kuliahnya yang acak-acakan. Itu wajar, Agus bukan hewan yang bisa membelah dirinya menjadi dua atau tiga bagian. Sehingga urusannya bisa ditangani semua.

Terkadang disekolah Agus malas, lebih ingin menjalani hobi lukis pasir. Ada duitnya lumayan katanya buat ongkos berangkat kuliah. Kadang juga Agus terpaksa meninggalkan tugas kuliah dikarenakan orderan handicraft dari pasir lagi banyak. Dilema sekali yah. Jawab saja iyah.

Sebagai teman dan sebagai mahasiswa jurusan manajemen ekonomi, Aku sering bilang kepada Agus agar pandai-padailah memanajemen waktumu. Jalankan tugas sebagai pekerja operator sekolah, jalankan hobi senimu, dan kuliahlah yang rajin biar Ibumu senang. Tapi, semua tidak mudah. Sulit katanya seperti sulitnya mendekati Ningsih wanita idamannya.

“Klo Ningsih itu soal waktu dan pemikiran.”

“Maksudnya?” kataku “Waktu dan pemikiran?”

Jika sudah saatnya Ningsih pasti akan Agus temui, sekarang Agus masih minder katanya, karena Dia belum sarjana. Padahal Ningsih juga belum sarjana, gaji Ningsih sebagai guru honorer pasti Agus ketahui dari Ibunya yang seorang guru juga. Waktu untuk diri sendiri saja masih tak beraturan, apalagi nanti jika sudah bersama Ningsih.

Masalah pemikiran itulah hebatnya Agus. Baginya Ningsih adalah tujuan, dan Ningsih juga masa depan. Sehingga beralasan untuk menjadi sebuah pemikiran. Bagaimana mendapatkannya.

Agus bilang, untuk mendekati Ningsih dibutuhkan kekuatan yang sangat besar, terutama urusan kekuatan mental. Sudah seperti apa wujud Ningsih sekarang. Kata Agus masih tetep sama. Cantik.

“Aku bilang sama Ibu.”

“Bilang apa ? Klo kamu suka bolos kuliah ?”

“Bukan”

“Aku bilang, Do’akan Aku Ibu, agar bisa mendapatkan wanita idamanku itu. Ningsih.”

Lucu memang, jaman sekarang sudah gak ada anak lelaki umur 23 tahun yang bilang begitu kepada Ibunya. Menurut Agus do’a Ibu cepet dikabulkan dan pasti terijaba.

Benar memang seperti itu caranya mendapatkan cinta Ningsih. Bukan secara langsungyang jelas itu akan membuat kecewa bila tak berhasil. Lewat do'a sosok Ibu yang jelas menjadi perantara paling baik untuk meminta kepada Tuhan.

“Haha, kata ustadz dipengajian kampungku juga begitu. Do'a Ibu mantep.”

“Hahaha”

"Jika Ningsih itu bukan jodohmu bagaimana ?" tanyaku sambil tertawa.

Yah, itu berarti Dia adalah jodoh orang lain, dan Tuhan akan mengirim Ningsih lain sebagai penggantinya.

"Hahaha."

Lanjutkan minum kopinya, sudah malam tak ada yang mendengar dua orang tertawa dan berbincang lepas. Mereka sibuk tidur dan besok sibuk kerja. Rasakan.

Apa hal menarik yang Kamu dapatkan tentang Agus  ? sehingga Dia pantas mendapatkankan Cinta Ningsih. Jawablah. Saya sudah tahu dari dulu.


3 comments: