Monday 27 June 2016

Cara Memilih Teman Yang Tepat Untuk Tinggal Serumah

Di sini apakah ada yang baru saja dapat kerja di luar kota, kuliah di luar kota atau yang mencari teman untuk tinggal dalam satu kost?

Setiap bulan puasa entah kenapa gue selalu ingat masa lalu ketika baru keterima kerja di salah satu perusahaan. Waktu itu gue ditempatkan jauh sekali dari rumah, dan mau tidak mau harus mencari kontrakan, kamar kost atau rumah sewa untuk tinggal sementara selama bekerja.

Ada beberapa kendala saat mencari kontrakan atau kamar sewa saat itu yang gue alamin:

Pertama, harga sewa kamar  atau kontrakan yang gak sesuai sama penghasilan karyawan baru saat itu. Terhitung biaya yang harus gue keluarkan begitu mahal. Dilema yang dialami harus memilih tempat tinggal atau makan. Gue dapet tempat tinggal tapi gak bisa beli makan, atau gue makan tapi tidur didepan ruko-ruko dengan beralaskan kardus bekas.

Kedua, setelah menemukan solusi untuk meringankan biaya sewa kamar (saat itu gue memilih untuk berbagi kamar agar sewa bisa dibayar patungan), hal lain yang menjadi kendala adalah mencari teman yang mau tinggal sekamar dengan gue. Walaupun ada yang mau sekamar sama gue, pertanyaannya apakah gue mau sekamar dengan dia?

Sekamar sama yang begini sih gue mah mau banget

Thursday 23 June 2016

Ingin Sukses Dunia Akhirat Miliki 36 Kunci Ini

Sebagai pemuda milikilah mimpi besar. Jika tidak mampu, tetaplah bermimpi walau ketika bangun kamu harus langsung mandi besar. #MotivaSiKarungGoni

Mimpi besar gue adalah : Omset harian gue sebesar total omset bulanan.

Apa mimpi besar sahabat Ter-Karung? Tulis tuliskan dikolom komentar yang setelah membaca sampai habis tulisan ini.

Setiap manusia pasti pernah mengalami kegagalan. Apalagi gue yang “masih muda” belum banyak ilmunya, belum panjang pengalamannya, pendek jalan pikirnya, ngambil keputusan seenak jidat. Gagal adalah suatu hal yang sering gue alami.

Jika gue gagal dalam suatu hal, yang pertama gue lakukan adalah menuliskan ulang  kata GAGAL tersebut lalu mengganti huruf L yang ada dikata itu menjadi huruf H. berani GAGAL itu hebat tapi berani GAGAH lebih hebat. #MotivaSiKarungGoni

Macam-macam orang menyikapi kegagalan. Ada yang hebat karena dia langsung bangkit dan meraih kesuksesan. Ada juga yang meneliti atau mengurai sebab kegagalan tersebut, memecah masalahnya lalu memperbaiki dan jalan kembali menuju kesuksesan. Yang bahaya orang gagal dan terus merenungi kegagalan itu, meratapi dengan kesedihan lalu takut untuk bangkit kembali.

Kita dianugerahkan kekuatan yang berbeda dalam menyikapi masalah yang sama. Makannya banyak orang butuh motivasi, alhasil motivator senang dapat kerjaan. Itu juga alasannya Mario Teguh banyak penggemarnya dibandingkan Mario Bross. Apasih…?

Gue sendiri tipikal orang yang membutuhkan motivasi disaat terpuruk dalam kegagalan. Baik motivasi dari dalam diri atau dari luar. Oleh karena itu gue lebih senang menonton video motivasi dari Mario Teguh dibandingkan main game Mario Bross. Apalagi sih…?

Habiskan jatah gagalmu dimasa muda agar kamu menikmati masa tua dengan kesuksesan. Kalimat motivasi itu yang menempel sampai sekarang di diri gue. Bahayanya gue gak tau sampai sekarang sisa berapa lagi jatah gagal gue. Makannya gue selalu menikmati kegagalan bahkan belajar dari kegagalan orang lain.

Sampai akhirnya gue menemukan satu buku karya anak bangsa. Pemuda asal Serang Banten bernama Izzatullah Abduh adik kandung dari Encep Abdullah penulis buku Wisata Bahasa Cabe-cabean yang pernah gue review ditulisan sebelumnya.


Sunday 12 June 2016

Ayo Ber-Wisata Bahasa Bersama Si Karung Goni dan Cabe-Cabean

Review Wisata Bahasa Cabe-cabean Encep Abdullah
Oleh
Dani Maulana @SiKarungGoni

Jika berbahasa saja tidak tidak tepat dan runut, bagaimana mungkin bisa berfikir benar dan sistematis. (Odien R dalam kata pengantar Wisata Bahasa).
Masalahnya gue orangnya gak sistematis.

Tuh kan masih pake lo – gue, haruskan kalau bahas tata bahasa pakainya aku – kamu. Iya… kamu… yang lagi baca. Apasih.

Secara alamiah gue adalah tipe orang yang melakukan sesuatu secara kreatif, intuitif, imajinatif, implusif (tidak terencana), difus (tidak focus), dan lateral (tidak runtut). Pastilah selain banyak dituding sebagai orang sinting gue sering dikatain orang gila, gue termasuk orang yang tidak berbahasa secara tepat dan runut.

Minimal itulah yang gue alami selama hidup gue sampai sekarang. Kalau gue udah berkali-kali disebut sinting. Tapi gue gak pernah bisa marah, karena menurut gue merekalah yang sinting. Mau temenan sama gue.

Masih dihalaman awal buku ini gue membaca salah satu paragraph yang meyatakan bahwa kemampuan verbal para pelawak cerdas yang tidak harus melawak dengan kekerasan, tetapi sanggup membuat kita terpingkal-pingkal. Mungkin yang dimaksud oleh Odin R dalam kata pengantar buku ini adalah Stand Up Comedian/comic/komika.

Menarik membedah lebih dalam buku ini, setelah menemukan kalimat tersebut. Sebagai comic (baru belajar sih) gue merasa tersentuh langsung. Selama ini yang dikerjakan gue adalah mencari joke, menulisnya, memformat menjadi tulisan komedi, melatih, membadani lalu openmic sampai perform.

Masalah kadang terjadi ketika proses penulisan materi. Joke yang ditemukan dari keresahan, observasi atau spontanitas kadang hilang kualitas lucunya gara-gara tidak ditulis dengan baik. Adapun sampai tercatat hasilnya kurang lucu, setelah diteliti ternyata kesalahan penulisan bahkan pemilihan diksi.

Lalu, apakah gue masih memaksakan diri untuk tidak sistematis?

Jawaban gue, tidak. Gue merasa tata bahasa, tehnik penulisan, sampai penyampaian yang baik sangat penting untuk membuat orang tertawa lewat joke atau bit yang kita sampaikan. Sehingga mengurangi ngebom (tidak lucu).

Kasalahan berbahasa sangat beresiko dalam dunia stand up comedy. Kita boleh berbicara seenak kita, tapi kita harus tanggung jawab sendiri. Apabila ada yang merasa tersinggung, merasa dilecehkan bahkan terhina atas kata-kata yang dilontarakan. Dengan kata lain comic harus pandai memilih dan menyampaikan kata.

Intinya gue sebagai comic merasa terbantu oleh kehadiran buku Wisata Bahasa Cabe-cabean karya Encep Abdulloh.

Yang menariknya lagi didalam buku ini penulis memiliki segudang keresahan yang mungkin jika dibagi kepada gue bakal jadi materi atau joke yang bagus. Menurutnya penting sekali kehadiran buku ini karena banyak pertentangan makna dalam bahasa yang sehari-hari kita gunakan.

Hebatnya penulis meneliti sebagai tenaga pendidik harus betul-betul cermat dan teliti ketika dihadapkan dengan persoalan tata bahasa Indonesia yang memang begitu kompleks.

Penulis juga memeriksa kembali dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) sampai buku morfologi : bentuk, makna dan fungsi karangan Zaenal Arifin dan Junaiyah. Yang artinya tidak sekedar menyalahkan.

Selain itu penulis juga peka menangkap kesalahan disekitar kehidupannya. Lalu memikirkan hal tersebut sehingga menjadi sebuah keresahan. Mencari sumber jawaban atas keresahan tersebut lalu menuturkan kebenaran yang sebenarnya. Tidak menghakimi. Tapi memberikan pilihan kepada pembaca untuk menjawabnya sendiri.

Kita ambil satu contoh dalam buku ini yah. Perhatikan :

Mengapa mereka tidak membuat lebih banyak lagi bahasa gaul yang serupa bentukannya, semisal stop jadi potes, know jadi wones, gray jadi yareg, dan flow jadi wolef. Dengan begitu kreativitas penggunaaan bahasa gaul tidak mati meskipun berbenturan dengan kaidah bahasa Indonesia. Seperti halnya kata keles yang juga memiliki rumus (a menjadi e dan I menjadi es): kali ® keles, banci ® bences, laki ® lekes walaupun rumus ini tak sepopuler rumus (e dan ong), semisal banci ® bencong, laki ® lekong, najis ® najong. Jadi, selain keles kata kali juga bisa menjadi kelong. (Woles Aja Keles – Wisata Bahasa Cabe-cabean Hal.33-34)


See, itu salah satu keresahan yang terdapat di buku Wisata Bahasa ini. Sungguh keresahan yang diurai secara keilmuan dan contoh kasus yang dekat dengan pembaca. Sehingga pembaca bisa menilai sendiri mana yang benar penggunaannya. Dari mulai persoaan penggunaan ucapan aku dan saya, bahasa yang terdapat di plang jalan tol, sampai masalah reduplikasi kalimat cabe-cabean lengkap dibahas dibuku ini.

Masih banyak keresahan penulis didalam buku ini yang biasa kita alami sendiri, dekat dengan lingkungan dan tanpa sadar gue diajak ber-wisata bahasa saat liburan bulan puasa ini.

Menurut gue ini bukan buku penghakiman tentang salah dan benarnya menggunakan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari. Tapi ini adalah buku yang berisi keresahan sang ahli bahasa yang ingin suaranya didengar atau sekedar ditertawan bersama.