Saturday 7 February 2015

Naskah Novel 4 (Empat) Titik (.)

Tempat ini sungguh teramat gelap sampai tak terlihat bias cahaya dari genangan air, jalannya juga sempit membuat sesak nafasku melewatinya. Dengan sisa nafas yang habis karena berlari dari ujung jalan menghindari sosok menakutkan yang tiba-tiba hendak menerkamku buas saat tadi duduk sendiri di taman kosong yang berjarak sekitar 10km dari kampusku.
            Tujuanku duduk menyendiri di taman itu tidak lebih hanyalah untuk merenungi beberapa kesalahan yang telah aku buat. Dimana kata maaf tidak cukup lagi menebus kesalahan itu, ditempat itu aku terus menyesali perbuatanku ini. Andai ada kata yang bermakna lebih diatas kata ma’af. Tapi ah, semua itu semakin sulit kutemukan dalam kondisi seperti ini dan membuat diriku merasa berada dideretan daftar 7 orang paling berdosa versi On The Crot.
        “Kau harus mati... kau harus mati...” Teriak sosok itu sambil mengejarku, mengacungkan sebilah potongan kayu tajam yang siap menghujam di tubuhku.
            “Siapa kau ini?” Tanyaku yang merasa ada sedikit rasa takut dan penasaran.
            “Aku adalah dosamu.” Jawab sosok itu dengan menatap bengis.
            Belum sempat aku memperhatikan dan tau jelas siapa sebenarnya dia. Yang aku lakukan hanya terus berlari menjahuinya. Kami jadi saling berkejaran ditengah dinginnya malam, tak mampu aku berteriak meminta tolong. Lagipula jalanan ini mulai sepi, siapa yang perduli dan siapa yang bisa dengar.
            Andai saja tubuhku lebih kuat dan lebih kekar dibanding sosok yang mengaku dosaku itu, sudah kulawan dia, akan kuhabisi nyawanya seperti tragedi kematian ayam peliharaan keluarga Pak Broto yang kulenyapkan siang tadi.
            Pak Broto adalah ayah dari kekasihku, tepatnya mantan kekasihku Nurmala. Hewan kesayanagan keluarganya habis ditangan orang-orang suruhanku siang tadi. Tak usah lagi kau menanyakan dosa apa yang kurenungi di taman tadi. Karena inilah jawabannya, aku seorang pembunuh.
            Satu isi kandang hewan peliharaan keluarga Broto mati dengan cara yang tragis, pembantaian masal yang tersusun rapih tanpa meninggalkan jejak sedikitpun. Hal itu aku lakukan atas dasar cemburu, patah hati dan dendam. Bukan atas dasar suka sama suka.
            “Nurmala sudah aku jodohkan.” Kata Pak Broto saat itu “dengan pengusaha muda asal Medan yang lebih jelas masa depannya dibandingkan dengan Mahasiswa nakal begajulan sepertimu.” Itulah yang membuatku menjadi dendam dengan keluarga ini. Aku merasa dihina walau hakikatnya diriku ini memang tercipta dari air hina.
            “Tapi Pak Broto, aku sangat sayang dengan Nurmala.” Sangkalku yang meyakinkan Pak Broto.
          “Rasa sayang itu tidak cukup untuk menjamin kehidupan masa depan anakku.” Jawab Pak Broto yang semakin kesal, “Pergilah, jauhi anakku mulai sekarang.” Usirnya saat itu. Ditambah lagi ucapan yang samar aku dengar setelah beranjak pergi keluar “memangnya cukup anakku ini kau beri makan cinta”.
            Nurmala sebagai kekasih juga saat itu lebih memilih menuruti kemauan orang tuanya, hubungan yang aku dan dia jalani selama 2tahun harus kandas begitu saja menyisakan luka yang sangat mendalam. Menimbulkan titik-titik perasaan tidak terima dengan keadaan ini yang lalu terangkai semakin jelas menjadi kebencian.
***
Ditengah pengejaran sosok itu keadaanku semakin terjepit, kini aku berada dijalan buntu ujung gang lembab dan gelap. Semakin terpojok dan sudah tidak bisa lagi lari atau berbalik arah.
            “Hahaha... mau kemana lagi kau? Serahkan saja nyawamu.” Geram sosok itu. Matanya tampak berukuran besar, entah tandanya dia sangat marah atau mungkin bola matanya hampir lepas, aku tak perduli.
            Kuhilangakan rasa takut ini, sudah tak berguna lagi terus berlari menghindarinya. Akan kulawan saja sosok menyeramkan itu, sebagai orang yang sudah terlanjur dicap sebagai pembunuh sebaiknya melakukan hal ini lagi untuk menyelamatkan hidupku.
            “Kamu yang akan mati orang aneh.” Kataku lantang yang sekarang mulai berani melawannya.
            “Hahaha... dosamu tak akan pernah mati anak muda, kecuali dengan bertaubat. Maka bertaubatlah kau segera anak muda.”
            Aku berkata seraya menyerangnya dengan pukulan “Banyak bicara kau orang aneh...” namun sosok itu tak bergeming sama sekali, pukulanku bertubu-tubi kearahnya tak membuat tubuhnya bergeser sedikitpun, kuat sekali dia.
            “Pukul sepuasmu diarah yang kamu mau anak muda, aku dosamu yang besar dan kuat sesuai apa yang telah kamu kerjakan semasa hidupmu.”
            “Lalu apa sebenarnya mau kau orang aneh.” Tanyaku yang semakin kesal oleh gelak tawa hina sosok tersebut.
            Lalu dia menghentikan tawanya dan menatapku lebih tajam dari sebelumnya, kini aku bisa melihat jelas wajahnya yang ternyata mirip sekali denganku, hanya saja dia tampak lebih hitam dan kelam. Dari tangan kirinya dia mengeluarkan paku berkarat yang panas, lalu menusukkan dengan paksa dibagian lengan kiriku sebanyak 4 kali tusukan.
            “Ini untuk dosa pertamamu.” Itu tusukan pertama yang dibuat sosok itu.
            “Argh...” Aku teriak kesakitan.
            “Dan ini untuk dosamu yang ke dua.” Lalu tusukan ketiga, keempat sesuai dengan dosa besar yang dia sebutkan. Hal itu membuatku merasakan sakit yang teramat perih. Darah segar mengucur dari 4 lubang bekas luka paku itu. Sosok itu pun menghilang tidak jelas ke arah mana meninggalkanku yang tersungkur ditanah lembab ujung gang sempit itu sendiri.
            Sakit sekali rasanya, aku merasa lengan kiri ini mati rasa.
***
Hah... aku terbangun jam 3pagi dengan penuh keringat ketakutan. Mimpi apa tadi itu, sangatlah menakutkan penuh darah dan dendam. Ini akibatnya jika tidur tanpa mengambil wudhu dan berdo’a terlebih dahulu mengikuti sunah Rosul. Akhirnya diberikan mimpi yang aneh seperti ini.
            Sedikit melamun beberapa menit untuk mencoba merangkai ingatan akan mimpi aneh tadi. Apa benar aku ini sudah melakukan dosa besar, jangankan membunuh hewan peliharaan Pak Broto dan keluarganya, menginjak semut saja aku tak tega. Mungkin ini adalah peringatan bagiku untuk terus waspada dan menjauhi segala perbuatan dosa.
            Daripada terus mencoba menafsirkan mimpi itu lebih baik aku bergegas mengambil air wudhu untuk melakukan solat malam. Disetiap malam yang sepi banyak sekali orang yang rutin menggunakan moment ini untuk menundukan kesombongan kepada Sang Maha Kuasa.
            Tapi sebentar, luka apa ini? Kutemukan ada bekas luka dilengan kiriku saat menggulung piyama sebelum mengambil air wudhu, bekas lukanya berjumlah 4 (empat) titik hampir sama letak dan bentuknya juga mirip sekali dengan tusukan sosok aneh yang ada dimimpiku tadi. Pertanda apa ini Tuhan? Jujur malam ini aku sangat bingung dan pasrah akan semua kehendak yang engkau berikan kepadaku.
            Jika ini benar pertanda sebuah dosa besar yang pernah aku alami baik yang sadar atau yang tidak, baik yang kulakukan secara tersembunyi atau terang-terangan, baik yang disengaja ataupun yang tidak disengaja, terimalah sujud hambamu ini dalam sepertiga malamnya memohon segala ampunan.
***
Ini pagi yang baru, dimana aku sekarang berangkat kuliah dengan tampilan yang tak seperti biasanya yaitu sudah tidak lagi memakai t-shirt lengan pendek berwarna hitam kesukaanku. Kali ini, aku mulai memakai kemeja lengan panjang yang dapat menutupi tanda 4(empat) titik aneh ditangan kiriku.
            “Wes... ada rockstart tobat nih gak pakai kaos metal lagi.” Sapa Prasetya sahabat kuliahku yang juga seorang anak band.
            “Hehehe, Iya nih lagi pengen berpenampilan rapih.” Jawabku yang menyembunyikan sesuatu yang belum bisa aku jelaskan sekarang kepadanya.
            “Besok jadi yah hadir di lounching album pertama band gue, jangan lupa jam 8malam di Gor Sultan Ageng Tirtayasa Serang.”
            Aku baru ingat setelah Prasetya mengatakan hal tersebut, nanti malam ada lounching band bergenre black metal yang sudah digawanginya selama 4tahun. Mau tak mau aku harus datang menghadirinya, karena tidak enak jika mangkir hadir dalam acara itu. Pras juga seorang musisi lokal yang mempengaruhi pengetahuanku tentang musik indie Serang Banten.
            Sebelum aku mengenal Pras, pengetahuanku tentang Serang Banten dan atmosfer musik disini sangatlah minim. Pras yang banyak bercerita tentang ini itu dari mulai sejarah masuknya musik metal di Serang Banten sampai gaya hidup musisi metal pada umumnya.
Padaku saat perjumpaan awal dengan Pras dia bercerita tentang Black metal yang diawali oleh band Venom pada tahun 1982 lewat album berjudul Black Metal, lalu diikuti oleh band-band seperti Bathory, Mayhem, Mercyfull Fate, Hellhammer/Celtic Frost. Semua band ini dipengaruhi Venom. Band Black metal masih cenderung bermain Thrash metal. Pada awal 80an sampai 90an, Black metal sangat berkembang di daerah Skandinavia oleh band di atas tadi. Jenis musik metal ini juga termasuk jenis metal underground. Black metal mempunyai Sub-genre bernama NSBM, Black metal Neo-Nazi, dua komunitas tersebut termasuk yang berpengaruh di komunitas Underground. Sebuah sejarah yang sangat panjang hingga akhirnya musik ini digandrungi para pemuda dan pemudi Serang Banten.
Aku pernah baca disebuah situs konterkultur.com mengenai aliran musik ini, setelah 20 tahunan lebih sejak kemunculan aliran Black Metal yang identik dengan penghinaan terhadap agama Kristen, ketidakjelasan konsep trinitas, maupun konsep anak tuhan ala Yahudi, kini akhirnya muncul juga band Black Metal yang mengarahkan moncong penghinaannya kepada agama Islam.
Seperti penghinaan yang dilakukan oleh WEAPON, sebuah band black metal asal Kanada, melalui lagunya berjudul “Remnants of a Burnt Mosque”. Lirik lagunya mengatakan demikian:
“Sudahkah melihat tengkorak-tengkorak di danau Leviathan? Merah saga milik umat muslim dibakar! Disaat Mohammad menangisi (seperti parasit yang rusak), (dan) hanya kematian. Membisikkan Allahu akbar. Dari sisa-sisa dari masjid yang terbakar ini. Sekumpulan wanita terangsang untuk kemuliaan malaikat maut.”
WEAPON dibentuk oleh Vetis Monarch pada awal 2003. Mereka sempat masuk label terkenal dikalangan metal, RELAPSE RECORDS pada 2011 dan merilis debut album dibawah label itu.
Penghinaan yang dilakukan oleh band-band black metal semacam WEAPON ini memang sudah bukan hal aneh di Barat. Karena jumlah orang yang menganut atheisme disana sangatlah tinggi. Menurut riset, ada 20% penduduk Amerika adalah atheis. Sedangkan di Perancis, Finland dan Swedia bisa mencapai 25-40%. Maka dari itu jika di Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan agama ternyata bermunculan penganut aliran musik black metal yang anti-Tuhan seperti ini kan konyol? Jangan-jangan mereka salah pilih negara untuk tempat tinggal.
Aku jadi bingung apakah harus datang ke acara Pras nanti malam atau memilih tidur saja di rumah, lalu memberikan alasan yang bisa membuatnya mengerti. Semakin berusaha untuk berbohong dengan Pras menjadikan aku semakin ingat dengan dosa dan tentunya sosok menyeramkan yang ada di mimpiku semalam.
Haruskah aku mengatakan hal sesungguhnya kepada Pras, bahwa aliran musik yang sekarang ditekuninya itu sangat berpotensi membawanya kepada gerbang kesesatan, menjauhi Tuhan dan merusak moralnya. Bukankah dengan membujuk Pras untuk keluar dari musik black metal adalah salah satu bentuk keabaikan, setidaknya dengan lebih banyak berbuat baik aku jadi memiliki kesempatan untuk menghapus dosa seperti apa yang dikatakan sosok aneh dalam mimpiku itu.
“Insya Alloh, Pras nanti diusahakan datang.”
“Ok, ditunggu yah Bro.” Pras pun pamit pergi, sepertinya akan mempersiapkan segalanya untuk nanti malam. Meninggalkan aku yang sekarang harus mengikuti mata kuliah pagi ini.
Kamu tau apa yang aku rasakan. Iya aku semakin bingung.
                                                                                ***

Naskah ini entah akan jadi buku atau e-book ke-2. Tunggu saja.