Friday 22 January 2016

Indomaret Menurut Si Karung Goni

Tulisan ini gue buat atas dasar suka sama suka kemauan sendiri (ya iyalah) dan beberapa sms atau DM yang masuk ke gue menanyakan tentang postingan jadul gue yang berjudul TERIMA KASIH INDOMARET. Gue heran aja ternyata masih banyak yang punya kegelisahan tentang perusahaan retail terbesar di Indonesia ini, khususnya yang mau atau yang sedang bekerja disana, seolah tulisan itu mewakili kegelisahan mereka lalu beberapa dari mereka yang membaca ngehubungin gue lewat sosial media bahkan ada yang langsung SMS.

Jadi gue mau bagi lagi kisah gue saat masih bekerjadi Perusahaan ini. Simak yah, tapi jangan terlalu serius, soalnya gue nulisnya sekalian setting format buat bahan StandUp Comedy.

Jadi gue pernah bekerja disalah satu perusahaan retail terbesar di Indonesia. Sebut saja Indomampet (percuma juga si disamarin kan udah pada tau). Mulai dari tahun 2008 waktu itu gue baru lulus SMU sampai 2014 gue resign karena menjelang wisuda. Indomampet memperkerjakan gue sewaktu masih perawan dan gue putuskan berhenti kerja sebelum keperawanan gue hilang direnggut Indomampet.

Jabatan terakhir gue saat itu adalah kepala toko. Orang nomor satu yang bertanggungjawab dan memiliki wewenang penuh hanya dengan sekali tunjuk. Pada saat itu gue baru sadar telunjuk gue ada gunanya selain untuk ngupil.

Salam Satu Jari. Telunjuk gue lebih berguna saat memakai seragam ini

Suatu saat gue pernah punya KASIR CANTIK yang dilempar permen mukanya sama konsumen gara-gara dia ngasih kembalian dalam bentuk permen. Dia nangis diperlakukan seperti itu, air matanya menetes deras membasahi pipinya, eyeliner yang dia pakai tidak waterproff sehingga tampak seperti meneteskan air mata hitam mengkilap semu kemerahan bercampur eye shadow yang dia pakai saat itu juga. Pas gue sadar... Ternyata air matanya permen.

Tuesday 12 January 2016

Si Karung Goni Di Serang Banten

Selamat Datang Di Kota Serang Banten!!! Itu yang aku lihat saat memasuki kota yang sering disebut kota Madani. Sebagai Dani yang punya Ibu dengan sebutan Emak. Saya yakin bahwa Emak (Dani) saya bukan kota Serang.

Terimakasih Kota Serang Banten. Sudah bermaksud baik ingin memberi ibu baru, emak baru. Tapi maaf bukan saya angkuh. Hanya cukup satu ibu dalam hidup. Silahkan untuk siapa saja yang ingin Madani dari kota ini. Ambil.

Tapi aku butuh Serang Banten. Bukan kotanya dengan tata letak menggelikan. Tapi Desanya, kampungnya yang bernama Pontang. Kamu siap kesana. Iya kesini Pontang tempatku tinggal sekarang. Siap gak?

Kamu harus mengikuti jalan yang lurus untuk sampai kesini. Seperti dalam surat di Al-Fatihah “tunjukkanlah jalan yang lurus” aku kira jalan Pontang adalah jalan yang akan selalu lurus, akan mengingatkanmu kepada agama.

Jalan saja terus lurus. Jangan hirau bila bertemu jalan yang rusak, santai saja jika sinyal di handphone menghilang dan jangan gentar jika melihat kuntilanak diatas pohon sedang mencari sinyal. Tak lama lagi kau sampai di kampungku. Pontang.

Kau lihat saat perjalanan dikanan dan kirimu ada sungai. Selain diisi air yang mengalir, diisi juga oleh warga yang sengaja mandi, mencuci sampai warga baik yang membuang air ke air sungai. Kau lihat juga agak jauh kanan kirinya sawah yang luas bersama petaninya yang sibuk sendiri. Petani yang lupa bahwa akan tiba saatnya sawah mereka dibeli lalu dirubah menjadi bangunan.

Kita jangan mengaku warga Serang Banten secara premature. Kita belum Serang, kita belum Banten, kalau kita belum pernah pacaran di alun-alun Kota Serang Banten. Belum pernah makan berbagai jajanan dipinggir jalan alun-alunnya, belum pernah pacaran sambil makan dan diganggu pengamen disana. Jangan ngaku deh kalau belum pernah yah.

Bangga disini masih ada peninggalan sisa sejarah. Situs sejarah kerajaan Banten yang sempat berjaya. Gedung, masjid, menara dan benteng masih ada. Sayangnya bukan untuk dipelajari  sejarahnya, melainkan untuk ajang foto preweed.

Jangan merokok!!! apalagi kalau belum gondrong...

Serang Banten, 07 Januari 2016 ketika sedang susah tidur