Wednesday 30 April 2014

Sketsa Wajah

Diriku adalah barang pajangan didalam etalase bening, disamping kiri kananku ada teman seperjuangan, saling berjuang untuk bebas dari dalam penjara etalase.

Lelaki hitam sedikit cokelat selalu setia menunggu dan melayani pengunjung yang datang setiap hari. Mengunjungi penjaraku ini, dan sesekali mengeluarkan aku atau temanku untuk Dia coba kualitas suaranya.

Ada yang berhasil keluar dari penjara ini, ada yang dimasukan kembali kedalam penjara, entah dibawa kemana, yang pasti lelaki hitam kecokelatan itu senang menerima uang kertas yang nominalnya sudah sesuai dengan label dibagian tubuh kami para penghuni penjara.

Aku menunggu giliranku keluar dari sini, karena disini pengap penuh sesak sekali. Tapi apa daya Aku ini tak bisa berbuat apa-apa. Lelaki itu menataku kembali ditempat semula setelah pengunjung puas mencoba.

Akulah Harmonika, nama lengkapnya Harmonika merk Booby. Jenis kelamin tidak tau persis. Yang pasti Aku benci bila yang mencobaku lelaki berkumis.

Setelah sedikit menguping pembicaran antar pelanggan dan lelaki tersebut, aku baru sadar bahwa sebenarnya ini bukan penjara, tapi ini adalah toko musik yang bertempat ditengah kota. Nama toko musik ini aku ketahui saat temanku lainnya berhasil keluar dan terbungkus plastik berlogo Nada Musik Store.

Baiklah sekarang hanya menunggu pengunjung yang membawaku pergi dari sini, harapanku calon pemilikku mengerti soal musik dan cantik.

Tuhan, kabulkanlah do’a ini.

Sedikit informasi Aku sebagai harmonika memiliki bentuk yang indah, sepertinya begitu walau tubuhku berbentuk kotak, tapi Aku bukan spongebob. Dibagian sisi tubuh ini terdapat lubang-lubang yang juga berbentuk kotak, ukurannya kecil dan banyak hitung saja sendiri, jika ditiup akan menghasilkan berbagai nada indah yang Aku tahu itulah musik. Akulah harmonika si alat musik tiup, kamu harus tau itu.

Hai lihat ada pengunjung lagi yang datang, senyum lelaki penunggu toko pun menyambut kedatannya.

“selamat datang Mbak, ada yang bisa dibantu”

Sapa ramah lelaki itu yang membuat raut wajahnya berkurang tingkat keseramannya. Wanita itu pun menyambutnya dengan senyum yang tentunya lebih manis dibanding lelaki itu. Matanyanya menatap kearah etalase tempat kami para alat musik terpajang rapih. Seperti mencari atau memang tertarik dengan susunan apik kami oleh si lelaki hitam.

“mau nyari apa mbak ?”

“ada alat musik tiup Mas, yang cocok untuk dimainkan saat santai?”

“apa ada yang bermain ketika santai ? hahaha”

Lelaki ini memang humoris, mungkin itu adalah tehnik penjualan ataukah ini modusnya ketika berjumpa pengunjung yang manis seperti wanita itu. Seolah tak ingin hilang kesempatan wanita itu ditunjukkan berbagai alat musik tiup yang salah satunya adalah Aku.

Satu persatu tangan lentiknya memilih, tak jarang hanya dilihat saja, ada yang juga dicoba ditiup. Beruntung sekali bisa merasakan lembutnya bibir wanita itu, harum nafasnya dan lembut sentuhannya. Tapi mengapa giliranku belum juga tiba. Kurang menarik kah diriku dimatanya ? dengan kecemasan ala harmonika kumenunggu sampai gilirannya tiba.

Satu demi satu kawanku sesama alat musik tiup gagal bebas dari penjara, wanita ini sangat pemilih sekali sehingga wajar Dia datang sendiri tanpa lelaki yang menemani. 

Giliranku pun tiba, tubuh ini merasakan sentuhan halus tangannya, matanya yang indah bersinar menatap dalam disetiap bagian tubuhku, mencari cacat namun tidak ia temui. 

Oh rasanya senang sekali bisa sedekat ini dengannya, tak perduli tubuhku dibolak balik yang penting diriku harus siap merasakan lembut bibirnya dilubang-lubang sumber nada.

“hmm, klo yang ini namanya apa Mas ?”

“itu alat musik tiup, namanya Harmonika. Cocok untuk Mbak yang suka bermusik sambil bersantai.”

“bagaimana cara memainkannya ?”

“cukup ditiup dan dihisap saja lubang kecilnya.”

Astaga ini yang kunanti, jangan buat wanita ini kecewa dengan suara sumbang yang keluar. Dengan segenap jiwa dan raga harmonika kulakukan yang menjadi sebab perlakuannya. Dia mulai menghisap aku merintih, dia pun mulai meniup aku tambah merintih, bergeser bibirnya kebagian lubang lain dan akupun merintih dengan nada lain.

Kamu bisa rasakan betapa indahnya perlakukan layaknya harmonika, digenggam erat, tersentuh bibir manis dan ditup lalu dihisap. Bayangkan saja.

Saat-saat indah itu pun usai, sang wanita meletakkan aku kembali sambil tersenyum. Senyumnya berhasil membuat lelaki hitam senyum juga. Aku juga saat itu sudah beberapakali tersenyum, sayangnya tidak ada yang hirau.

Bawa Aku wanita manis kerumahmu, menemani hari-hari santaimu bersama nada dari tubuhku dan angin dari nafasmu. Ini harapan sebuah harmonika yang lama didalam etalase. Mungkin harapan lelaki hitam pula. Jangan buat Aku kecewa dan bersedih, masuk etalase lagi itu rasanya sakit kecuali kau yang manis juga ikut masuk etalase.

Akhirnya wanita itu mampu mendengar bisik nadaku yang lembut bercampur harapan. Uang dengan nominal lebih besar keluar dari dalam dompetnya diberikan pada lelaki hitam yang senang diberi uang lebih sebagai upah jasa.

Selamat tinggal bapak lelaki hitam sedikit cokelat, Aku sudah bisa merasakan udara bebas diluar etalase, selamat tinggal teman-teman alat musik seperjuangan yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Aku yakin kalian akan keluar juga pada waktunya.

Kini aku bahagia bersama wanita manis ini, setiap hari ada bersamanya hingga Dia lelah dan tertidur sambil menggenggam diriku yang mulai ia suka. Mimpiku semoga Dia menjadi harmonika betina yang menemaniku. Punya keturunan yang lucu-lucu bernama Moni atau Ika jika perempuan. Atau jika tidak mungkin biar aku yang menjadi manusia, jika jadi manusia namaku tetap Booby.



sumber foto : www.aishakristine.com

8 comments:

  1. f. Tidak ada yg benar, karena kebenaran hanya milik Sang Pencipta

    ReplyDelete
    Replies
    1. ya jawaban yang religius sekali dan kebenaran juga hanya ada di kunci jawaban

      Delete
  2. Wah keren, terus berkarya om.. mau dong request hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. ya terimakasih, jawab pertanyaan, jika benar hadiahnya dibuatkan sketsa. gak usah request lagi. tapi klo mau pesen bisa sih.

      Delete
  3. Keren mas, gue malah nggak jago kalo bikin realis secara manual gini. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. terimakasih.
      saya malah gak tau batasan jago. lebih tau mangkok cap ayam jago yang sering ada disetiap tukang bubur. :p

      Delete
  4. level dewa nih :D kereeen manual drawingnya entah kapan gue bisa diajarin hehehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bisa belajar manual Drawingnya bersama Awing. Terimakasih :D

      Delete