Monday 21 July 2014

Mabuk Cinta (22:2)

Tazkiyyatun Nafs
Mabuk Cinta (22:2)



Mahabbah (cinta) merupakan tempat persinggahan, yang menjadi ajang perlombaan diantara orang-orang yang suka berlomba, menjadi sasaran orang-orang yang beramal, dan menjadi curahan orang-orang yang mecintai.


Dengan sepoi anginnya, orang-orang yang beribadah merasakan ketenangan. Cinta merupakan santapan hati, makanan ruh dan kesenangannya. Cinta merupakan kehidupan, sehingga orang yang tidak memilikinya seperti orang mati.

Cinta adalah cahaya, siapa yang tidak memilikinya seperti berada ditengah lautan yang gelap gulita. Cinta adalah obat penyembuh, siapa yang tidak memilikinya maka hatinya diliputi berbagai macam penyakit. Cinta merupakan sebuah kelezatan yang hakiki, siapa saja dia yang tidak memilikinya maka seluruh hidupnya akan diwarnai kegelisahan dan penderitaan.

Cinta merupakan bagian dari ruh iman dan amal, merupakan juga sebuah kedudukan dan keadaan, yang jika cinta ini tidak ada disana, maka akan tak ubahnya jasad yang tidak memiliki ruh. Cinta ikut memikul beban orang-orang yang mengadakan perjalanan saat ke suatu negeri, yang tentu saja mereka akan keberatan jika beban itu dibawa sendiri.

Cinta mengantarkan mereka ke tempat persinggahan, yang selainnya tidak bisa mengantarkan mereka ke tujuan tersebut. Cinta adalah kendaraan yang membawa mereka kepada sang kekasih. Cinta adalah jalan mereka yang lurus, yang mengantarkan mereka ke tempat persinggahan pertama yang terdekat.

Demi Allah Swt., para pemilik cinta telah pergi membawa kemuliaan dunia dan akhirat, sehingga akhirnya senantiasa bersama sang kekasih. Allah Swt, telah menetapkan bahwa seseorang itu bersama orang yang paling dicintainya.

Sungguh ini merupakan kenikmatan tiada tara yang diberikan kepada orang-orang yang memiliki cinta.

Mereka memenuhi panggilan kerinduan, saat ada yang berseru kepada mereka, “Hayya ‘ala’l falah.” Mereka mengorbankan jiwa agar bisa bersama sang kekasih. Pengorbanan ini dilakukan dengan suka rela dan ridha, rela melakukan perjalanan pada pagi dan petang hari.

Pembayaran secara kontan dari harga cinta yang sudah disepakati harganya, adalah denga cara mengorbankan nyawa. Hal ini tidak berlak bagi orang yang bangkrut, bodoh, bakhil da suka menawar-nawar.

Karena banyak yang mengaku memiliki cinta, maka mereka dituntut untuk menyodorkan bukti pengakua itu. Andaikan mereka diberi kesempatan untuk menyampaikan pengakuannya, maka kesaksian mereka akan beragam. Lalu dikatakan, “Pengakuan ini tidak bisa diterima kecuali ada buktinya.” Padahal Allah menantangnya pada suratsurah Ali-Imran,3:31.

Semua manusia tetinggal dibelakang, kecuali orang-orang yang mengikuti sang kekasih dalam perbuatannya, perkataan, dan akhlaknya. Lalu mereka dituntut keadilan bukti itu lewat proses jihad. Perhatikan firman Allah surah Al-Maidah, 5:54.

Kebanyakan orang-orang yang memiliki cinta tertinggal dibelakang, dan yang bangkit adalah orang-orang yang berjihad. Lalu dkatan kepada mereka, ”Sesungguhnya jiwa dan harta orang-orang yang mencintai bukan milik mereka. Maka kesnilah untuk menyatakan sumpah setia kepada Allah, perhatikan firman Allah, QS At-Taubah, 9:111.

Ketika mereka mengetahui keagunggan pembeli dan harga yang tinggi, serta keagunggan yang akan diperolehnya setelah terjadi kontrak jual beli, mereka pun tahu nilai barang. Mereka juga melihat siapa saja orang yang bodoh, karena menjual barang itu dengan harga yang sangat murah. Maka dengan penuh keridhaan mereka ikut dalam perdagangan initanpa menawar dan memilih-milih, sambil berkata, “Demi Allah Swt., kami tidak membatalkan dan kami tidak meminta pembatalan perniagaan denganmu.”

Setelah kontrak jual beli sudah rampung dan barang sudah diserahkan kepada pembeli, maka dikatakan kepada mereka, “Sejak saat ini jiwamu dan hartamu menjadi milik kami, dan kelak kami akan mengembalikannya lagi kepadamu dalam jumlah yang lebih banyak lagi, jauh lebih banyak.” (Ibnu ‘I Qayyim Al-Jauziyyah, Raudatul Muhibbina wa Nuzhatul Musytaqina, 1412 H/1992 H:149-154)

6 comments:

  1. Pacaran, LDR, friendzone adalah cintanya kaum rendahan. Marifatullah adalah tingkat cinta tertinggi.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Satu kata lebih tinggi diatas kata Cinta. Yaitu Ikhlas.

      Delete
  2. Luar biasa, ini muhibullah, cara mencintai sesuatu atau seseorang karena Allah.

    Hal ini bisa meningkatkan keimanan seseorang dengan memperkuat pondasi cinta yang didasari oleh keikhlasan, ketulusan, dan kesabaran yang dapat mengantarkan dirinya pada cinta yang hakiki.

    Apalagi sumbernya dari Ibnu Qayyim Jauzi, ulama salaf yang jadi idola saya.

    Oya mas tolong diulang komennya jangan ada link dalam komentar. En komen juga yang sentuhan motivasi, makasih.

    ReplyDelete