Tuesday 6 January 2015

Mengevaluasi Sebuah Tulisan

Evaluasi dalam menulis, itu yang akan gue bahas pada postingan hari ini. Seorang Blogger, Penulis, atau kegiatan yang berkaitan dengan itu semua, baik yang pemula maupun yang udeh khatam (senior) harusnya sering melakukan evaluasi terhadap hasil tulisan yang kita buat sendiri sebelumnya.

Hal ini terhitung sangat penting untuk dilakukan. Kenapa ? Hal ini bermanfaat ketika kita, poastinya sebagai manusia pastinya kita semua pernah mengalami kesalahan dalam menulis baik berupa EYD, pengejaan kata yang salah, penulisan angka dan huruf yang salah, hingga pembuatan tulisan dengan gaya bahasa yang salah.

Gue termasuk salah satu orang yang terburu-buru untuk memposting tulisan, alhasil setelah gue baca ulang beberapa tulisan yang pernah gue post, keliatan deh ancurnya.

Malam ini gue buka lagi postinganlama, lalu membaca ulang, menandai kesalahan yang ada dalam tulisan tersebut dan melakukan perbakan semampu gue. Hal itu gue lakukan sebagai bentuk latihan dan  melihat seberapa besar perubahan gaya atau kemampuan gue dalam menulis. Ada perubahan atau emang mentok gitu-gitu aja.

Ok, berikut gue mau ngasih contohnya disalah satu cerpen yang pernah gue post beberapa tahun lalu judulnya "Cinta Karung Permen" jelas sekali setelah dibaca ulang terdapat banyak kesalahan dan kualitas yang rendah. Setelah dilakukan evaluasi cerpen tersebut mengalami beberapa perubahan sebagai berikut :


Terlihat lemah dan muram raut wajahnya saat itu, persis sekali cuaca saat ini dimana keindahan mega merah berbaur senja tak terlihat, tertutup oleh awan kelam yang berjalan dari arah laut berkumpul hitam diatas kepala bagi yag sedang memandang langit hari ini, titik hujan atau tetes air mata kian samar yang aku lihat diwajahnya sekarang.


Penuh sekali wajahnya yang ayu dengan air mata harapan jika aku perhatikan dengan seksama, sama penuhnya dengan titik air yang kini mulai memberi efek basah didahan juga wangi tanah yang khas bercampur air.


Harapannya mungkinkah sama dengan makhluk bumi lainnya ketika hujan tiba ? belum aku sempat mengerti wanita itu menoleh liar ke arahku. Menahan rasa sakit jelas sekali aku lihat lewat kerutan dibagian alis matanya yang membingkai indah, sakit atas luka yang tak akan pernah terlihat percakapan jiwa belum dimulai satu sama lain.


“Mau apa lagi Kamu kesini ? biarkan saja aku sendiri disini.“


Seperti orang tuli diri ini, hanya bisa diam menanggapi dialog khas drama korea dari wanita itu, lalu aku duduk disamping tubuhnya yang dingin, disamping kakinya pula aku masih jelas melihat sobekan foto kami berdua, meyakini bahwa sebuah tanda amarahnya tidak bisa dipadamkan lagi oleh kata maaf dan tetesan air hujan malam ini saja. Sekali lagi masih dalam kondisi menahan rasa sakit tanpa luka yang terlihat jelas dia berkata.


“Aku sudah tak mau lagi dengar semua alasan darimu, sebelumnya kamu pernah mengehianatin aku seperti ini, tapi aku pertahankan semuanya, lupakan semuanya, dan mencoba bersama kamu lagi yang katanya mau berubah. Tapi apa ?”


Inilah respo ketika wanita sedang merasa dikhianati dan hancur hatinya, luapan amarah dimalam ini mungkin puncak dari kesabarannya yang selalu diberikan kepadaku tapi selalu diabaikan.


“Aku wanita bodoh yang bisa kamu bohongin terus, buat apa coba kamu minta maaf jika terus terulang lagi, memang bener kata Lusi mantan kamu itu, selamanya kita tak akan pernah bahagia walau terus bersama.”


Mendengar semua itu, aku hanya bisa menunduk dan memenuhi helaan nafas penyesalan, memang benar selama ini aku yang salah, sedikitpun tak pernah menghargai perasaanya, dan berulang kali menduakan cintanya sehingga kian menghancurkan rasa cinta dan kepercayaanya.


Apa yang dia diucapkan tadi mungkin hanya luapan rasa kecewa dari seorang wanita, biasanya setelah habis malam suasananya berubah kembali cerah layaknya matahari pagi.


Huh, silahkan saja marah sesukamu, aku tau batas keluh kesah dan resah darimu yang bertahan satu malam saja. Entah tak tahan mendengar tangis wanita atau tubuh ini kedinginan aku pun mulai beranjak darinya tanpa kata maaf yang biasanya terucap, meninggalkan satu kantung permen yang tadi sempat aku beli di Toko Kue Candy’s, memang itu pesananya 2 Minggu yang lalu, sekantung permen dengan kemasan menarik bergambar tokoh kartun idolanya Hello kitty aku letakkan disampingnya.


Lalu Aku beranjak meninggalkan wanita lemah itu sendirian, ditengah gelapnya malam ditambah hujan mengguyur luka hatinya. Semoga saja pagi aku sudah dapat ucapan terimakasih ditambah penerimaan maaf darinya. Karena menurutku sulit menyelesaikan masalah apabila masih panas amarahnya.


 ***


Memang lelah menjalani kisah cinta diusia remaja seperti kita saat ini, masing-masing punya ego dan saling berharap diberikan yang terbaik oleh pasangannya.


Rasa lelah menemani tiduku malam ini, mungkin dia sudah pulang juga membawa sekantung permen yang bisa menuntunnya membuka pintu maaf.


Alasan yang belum aku utarakan kepadanya tadi yaitu rasa jenuh dalam sebuah hubungan, sehingga menarik diri yang masih terbuai nafsu menghianati kasih tulus yang dia berikan, seiring doa tidur aku sekali lagi meminta maaf kepadanya, mengakui semua kesalahanku, dan berjanji memberikan cinta yang tulus seperti cintanya.


Dan lirik lagu dari Irgy Fahrezhi berjudul Kamu Nyata yang aku dengar sebagai penghantar tidur membuka mata hati yang lama tertutup rasa angkuh ini.

“Andaikan aku bisa memberi kau harapan yang kau mau

 andai ku bisa..

Berikan yang sempurna, apa yang bisa membuatmu bahagia,

andai kau bisa…

Kau,, terlalu berharga didalam hidupKu

hanya enggkau yang ada dimimpiku,,,” – Kamu Nyata By Ost D’Bijis.


 ***


Malaikat mana yang melempar tubuh ini kembali ketengah hujan, masih di lokasi yang tadi, tempat dia duduk dan menangis, samar dari kejauhan aku dipaksa melihat dia kembali, tapi kali ini wajahnya sudah berubah, tak ada lagi kerutan akibat menahan rasa sakit diwajahnya, hanya ada cahaya terang yang menarik tubuhku lebih dekat kearahnya, menikmati senyumnya yang indah, perasaan rindu pun memaksa tubuhku meminta peluknya, pelukan erat seolah tak ingin lagi aku membuat dia kecewa, wangi tubuhnya masih sama seperti awal kita saling jatuh cinta.


“Maafkan aku kekasihku, kau berhak menghukumku apabila kau mau, atas semua rasa sakit yang sering kau terima dan nikmati sendiri.”


Pandangannya tak menyiratkan sedikitpun dendam, inilah cinta yang dulu pernah hilang, inilah sesungguhnya arti ketulusan. Engkau satu-satunya orang yang sanggup bertahan denganku. Tak ingin melepasnya lagi dari pelukanku. Sampai kapanpun.


“Nak... bangun... ada telepon untukmu…”  terdengar suara gaduh dari pintu kamar, ternyata itu suara Ibu.


“Kamu tidur seperti orang mati aja, itu ada telepon untukmu, oh yah ini  kenapa ada bungkusan permen ditempat tidur sih jorok.“


Hah, ternyata ini hanya mimpi, mungkin aku terlalu memikirkannya malam ini, sehingga terbawa mimpi, hari memang sudah terang, dan telepon itu sepertinya dari dia, tepat seperti dugaanku semalam, pasti dia akan meminta maaf dan tak marah lagi.

Segera aku beranjak dari tempat tidur untuk menerima telepon.


“Iya halo...”


“Ini kamu yah Romi, ini Mamihnya Rina, kamu bisa kerumah sekarang ?”


Ternyata mamihnya Rina yang menelpon, apa dia melibatkan orang tuanya kedalam permasalahan pribadi, apa dia sudah capek dan mengadukan ini kepada mamihnya, berbagai perasangka muncul dikepalaku setelah menerima telepon itu.


“Nak Romi tolong ke rumah yah, semua teman dan keluarga sudah berkumpul juga disini.”


Hah, untuk apa semuanya berkumpul disana, gila juga nih cewek, apa yang mau dilakukannya untuk membalas aku. Lalu aku yang penasaran beranikan bertanya kepada Mamihnya Rina.


“Memang ada acara apa yah Mih? Kok kumpul semua gitu, Rina sebelumnya tidak cerita apa-apa ko.”


Dengan nada setengah sedih atau terlalu sedih aku tak menyangka Mamih Rina pagi itu mengabarkan bahwa putrinya Rina meninggal dunia, tertabrak mobil bus yang dikemudikan sopir yang mabuk, semalam tadi. Sebagai kekasih dari putrinya Mamih meminta aku untuk datang.


Kamu pasti bisa merasakan apa yang aku rasakan sekarang, aku jatuhkan tiang telepon yang terpegang erat ditangan kanan, dan terjatuh pula bungkusan permen ditangan kiriku yang kubawa dari kamar.


Sedih, menyesal, dan marah kepada diri sendiri akan kejadian ini. Semuanya salahku, andai saja aku berani dan tak sombong untuk mengakui kesalahanku dan meminta maaf kepada Rina, mungkin kejadian ini tak akan terjadi.


Maafkan aku Rina, maafkan semua salahku, tenanglah kau disana, disisi Tuhan yang Maha Cinta.



                                                         ***        
Nah, itulah cerpen gue yang mengalami evaluasi dalam penulisannya. Dari sini gue sadar masih banyak kesalahan yang pernah gue lakukan hingga saat ini dalam hal menulis. Tapi, gue akan selalu belajar dari setiap kesalahan itu. Tidak ada tulisan dan buku yang sempurna selain Kitab Allah SWT Al-Qur'an, jadi evaluasi bukan untk mnyempurnakan tapi hanya memperbaiki dan mengurqangi kesalahn sebelumnya.

Bagaimana teman Ter-Karung, masih ada yang prlu dievaluasi gak dari cerpen ini. Share di kotak koment yah, kita sma-sama belajar.



12 comments:

  1. Kereeen.
    Gue aja masih belepotan tiep bikin tulisan kayak gitu mas dani. :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kamu belepotan ih... *sodorin kanebo

      Delete
    2. Bukan gitu jugaa. :(

      Delete
    3. Eh eh mas dani gue nominasiin ke Liebster Award ya? Ini http://devafredeva.blogspot.com/2015/01/liebster-award-yuk.html

      Kalo berkenan boleh ikutan dong. :D

      Delete
  2. editin naskah gw dong :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ah lo lebih jago juga nulisnya dibanding gue. Kirim aje naskahnya, mau baca gue :p

      Delete
  3. evaluasi itu emang perlu iyap,
    kadang gue ngerasa tulisan gue bagus tapi ternyata nggak ada apa-apanya
    kadang juga gue ngerasa tulisan gue jelek tapi orang lain bilang bagus.
    ah..

    ReplyDelete
  4. Ya, memang perlu koreksi ketika kita menulis. Biarkan mengendap terlebih dahulu, baru kita memulai untuk koreksinya. :)

    ReplyDelete