Diriku adalah barang pajangan didalam etalase bening,
disamping kiri kananku ada teman seperjuangan, saling berjuang untuk bebas dari
dalam penjara etalase.
Lelaki ini memang humoris, mungkin itu adalah tehnik penjualan ataukah ini modusnya ketika berjumpa pengunjung yang manis seperti wanita itu. Seolah tak ingin hilang kesempatan wanita itu ditunjukkan berbagai alat musik tiup yang salah satunya adalah Aku.
Lelaki hitam sedikit cokelat selalu setia menunggu dan
melayani pengunjung yang datang setiap hari. Mengunjungi penjaraku ini, dan
sesekali mengeluarkan aku atau temanku untuk Dia coba kualitas suaranya.
Ada yang berhasil keluar dari penjara ini, ada yang dimasukan
kembali kedalam penjara, entah dibawa kemana, yang pasti lelaki hitam
kecokelatan itu senang menerima uang kertas yang nominalnya sudah sesuai dengan
label dibagian tubuh kami para penghuni penjara.
Aku menunggu giliranku keluar dari sini, karena disini pengap
penuh sesak sekali. Tapi apa daya Aku ini tak bisa berbuat apa-apa. Lelaki itu
menataku kembali ditempat semula setelah pengunjung puas mencoba.
Akulah Harmonika, nama lengkapnya Harmonika merk Booby. Jenis
kelamin tidak tau persis. Yang pasti Aku benci bila yang mencobaku lelaki
berkumis.
Setelah sedikit menguping pembicaran antar pelanggan dan
lelaki tersebut, aku baru sadar bahwa sebenarnya ini bukan penjara, tapi ini adalah
toko musik yang bertempat ditengah kota. Nama toko musik ini aku ketahui saat
temanku lainnya berhasil keluar dan terbungkus plastik berlogo Nada Musik
Store.
Baiklah sekarang hanya menunggu pengunjung yang membawaku
pergi dari sini, harapanku calon pemilikku mengerti soal musik dan cantik.
Tuhan, kabulkanlah do’a ini.
Sedikit informasi Aku sebagai harmonika memiliki bentuk yang
indah, sepertinya begitu walau tubuhku berbentuk kotak, tapi Aku bukan
spongebob. Dibagian sisi tubuh ini terdapat lubang-lubang yang juga berbentuk
kotak, ukurannya kecil dan banyak hitung saja sendiri, jika ditiup akan
menghasilkan berbagai nada indah yang Aku tahu itulah musik. Akulah harmonika
si alat musik tiup, kamu harus tau itu.
Hai lihat ada pengunjung lagi yang datang, senyum lelaki
penunggu toko pun menyambut kedatannya.
“selamat datang Mbak, ada yang bisa dibantu”
Sapa ramah lelaki itu yang membuat raut wajahnya berkurang
tingkat keseramannya. Wanita itu pun menyambutnya dengan senyum yang tentunya
lebih manis dibanding lelaki itu. Matanyanya menatap kearah etalase tempat kami
para alat musik terpajang rapih. Seperti mencari atau memang tertarik dengan
susunan apik kami oleh si lelaki hitam.
“mau nyari apa mbak ?”
“ada alat musik tiup Mas, yang cocok untuk dimainkan saat
santai?”
“apa ada yang bermain ketika santai ? hahaha”
Lelaki ini memang humoris, mungkin itu adalah tehnik penjualan ataukah ini modusnya ketika berjumpa pengunjung yang manis seperti wanita itu. Seolah tak ingin hilang kesempatan wanita itu ditunjukkan berbagai alat musik tiup yang salah satunya adalah Aku.
Satu persatu tangan lentiknya memilih, tak jarang hanya
dilihat saja, ada yang juga dicoba ditiup. Beruntung sekali bisa merasakan
lembutnya bibir wanita itu, harum nafasnya dan lembut sentuhannya. Tapi mengapa
giliranku belum juga tiba. Kurang menarik kah diriku dimatanya ? dengan
kecemasan ala harmonika kumenunggu sampai gilirannya tiba.
Satu demi satu kawanku sesama alat musik tiup gagal bebas
dari penjara, wanita ini sangat pemilih sekali sehingga wajar Dia datang
sendiri tanpa lelaki yang menemani.
Giliranku pun tiba, tubuh ini merasakan
sentuhan halus tangannya, matanya yang indah bersinar menatap dalam disetiap
bagian tubuhku, mencari cacat namun tidak ia temui.
Oh rasanya senang sekali
bisa sedekat ini dengannya, tak perduli tubuhku dibolak balik yang penting
diriku harus siap merasakan lembut bibirnya dilubang-lubang sumber nada.
“hmm, klo yang ini namanya apa Mas ?”
“itu alat musik tiup, namanya Harmonika. Cocok untuk Mbak
yang suka bermusik sambil bersantai.”
“bagaimana cara memainkannya ?”
“cukup ditiup dan dihisap saja lubang kecilnya.”
Astaga ini yang kunanti, jangan buat wanita ini kecewa dengan
suara sumbang yang keluar. Dengan segenap jiwa dan raga harmonika kulakukan
yang menjadi sebab perlakuannya. Dia mulai menghisap aku merintih, dia pun
mulai meniup aku tambah merintih, bergeser bibirnya kebagian lubang lain dan
akupun merintih dengan nada lain.
Kamu bisa rasakan betapa indahnya perlakukan layaknya
harmonika, digenggam erat, tersentuh bibir manis dan ditup lalu dihisap. Bayangkan
saja.
Saat-saat indah itu pun usai, sang wanita meletakkan aku
kembali sambil tersenyum. Senyumnya berhasil membuat lelaki hitam senyum juga. Aku
juga saat itu sudah beberapakali tersenyum, sayangnya tidak ada yang hirau.
Bawa Aku wanita manis kerumahmu, menemani hari-hari santaimu
bersama nada dari tubuhku dan angin dari nafasmu. Ini harapan sebuah harmonika
yang lama didalam etalase. Mungkin harapan lelaki hitam pula. Jangan buat Aku
kecewa dan bersedih, masuk etalase lagi itu rasanya sakit kecuali kau yang
manis juga ikut masuk etalase.
Akhirnya wanita itu mampu mendengar bisik nadaku yang lembut
bercampur harapan. Uang dengan nominal lebih besar keluar dari dalam dompetnya
diberikan pada lelaki hitam yang senang diberi uang lebih sebagai upah jasa.
Selamat tinggal bapak lelaki hitam sedikit cokelat, Aku sudah
bisa merasakan udara bebas diluar etalase, selamat tinggal teman-teman alat
musik seperjuangan yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Aku yakin kalian
akan keluar juga pada waktunya.
Kini aku bahagia bersama wanita manis ini, setiap hari ada bersamanya
hingga Dia lelah dan tertidur sambil menggenggam diriku yang mulai ia suka. Mimpiku
semoga Dia menjadi harmonika betina yang menemaniku. Punya keturunan yang
lucu-lucu bernama Moni atau Ika jika perempuan. Atau jika tidak mungkin biar aku
yang menjadi manusia, jika jadi manusia namaku tetap Booby.
sumber foto : www.aishakristine.com
tertarik waktu liat judulnya hehe ini nyebutnya apa? cerpen? elegy? hehe maaf nggak gitu ngeh sama tulisan gini hehe
ReplyDeletesalam kenal yaa? hohoho :O :))
creative
ReplyDelete