Ini waktu yang sangat tepat untuk menceritakan
siapa Agus, yang sebelumnya kamu baca di kisah Mengejar Ibu Ningsih SATU dan DUA. Sebenarnya malas untuk aku ceritakan, tapi
harus. Karena ini menyangkut soal Ningsih.
“Tapi sekarang Aku masih menjalankan passionku
sebagai seniman Dan.”
Tanah yang sangat basah diguyur hujan dari sore,
udaranya menjadi lembab tapi itu bagus dan khas wanginya. Sama khas dengan
aroma kopi hitam yang Aku teguk disela obrolan bersama Agus.
Kami senang mengobrol dimalam hari, apalagi jika
malam sedang hujan. Jangan bilang aneh. Karena Kami berbeda dengan kalian yang
mainstream. Dibanding obrolan lewat sosial media yang menjauhkan yang dekat dan mendekatkan yang jauh.
Tempatnya kecil hanya ada bangku panjang yang
berhadapan karena itu warung kopi biasa. Tapi menjadi sangat luas oleh tema
obrolanku bersama Agus. Obrolan kami bisa menyangkut politik, budaya, isu
hangat, fitnah dajjal, spongebobs atau apalah itu yang penting jika sudah mau
adzan subuh kita pulang.
Sudah tutup waktu itu warungnya dari sore, itu
warung Mang Hardi kami menyebutnya dengan istilah @HardyShowCoffea yang buka
dari jam 9 pagi dan tutup jam 5 sore. Hey, jangan tanya Kami bisa dapat kopi dari mana
semalam itu, karena Agus siap mengajak mencari warung yang buka walau sudah
dini hari.
Kopi sudah didapat dan stock rokok Marlboro merah cukup sampai pagi.
Hanya ada Kami berdua saja diwarung yang tutup itu,
duduk diarea warung yang sepi pinggir jalan. Angin malam tak akan terasa, jelas
Kami sudah kebal akan dinginnya. Tak seperti pemuda lain yang memilih untuk
tidur karena esok harus kerja. Kasihan mereka tidak bisa memanfaatkan malam
seperti Kami.
Saat itu Agus sudah bekerja menjadi staff sekolah,
bukan serabutan service komputer lagi, tugasnya sekarang menjadi operator sekolah yang mengurus administrasi
guru-guru yang seprofesi dengan Ibunya, Ningsih juga guru tapi tidak satu
sekolah. Beda sekolah dan itu selalu dibahas ketika Agus merindukannya.
“Tau tidak kenapa aku mau menjadi seorang operator
Sekolah ?”
Tanya Agus kepadaku yang bisa menebak pasti itu
gara-gara Ibunya yang memintanya bekerja dan rambutnya yang sudah pendek. Memang
benar, jika saja Ibu Agus tidak memintanya bekerja, mungkin agus lebih memilih
menghabiskan waktu menjadi seniman lukisan pasir atau menjadi rocker bisa juga
menjadi superman klo mau.
Agus pernah gondrong, katanya biar dibilang
rocker. Sepertinya saya punya fotonya waktu itu saat ngejam bareng sebelum
pementasan band kami. Ini dia agus saat masih gondrong.
![]() |
Agus waktu masih gondrong. sumber foto : http://dani5513.tumblr.com/image/86265192400 |
Gimana keren gak ? pasti kamu bilang Agus sangar
yah, kaya preman kampung si Freddi. Dan Tuhan sempat menegurnya dengan sebuah
kecelakaan kecil satu minggu sebelum pementasan band kami, sehingga kepala Agus
bocor, terpaksa dia mencukur rambutnya rapih. Lagian mana ada sekolah yang
nerima pegawai operator berambut gondrong. Kecuali band kami yang tetap
menerima gitaris yang sudah tidak gondrong.
![]() |
Agus yang sudah tidak gondrong |
Katanya sebelum aku sempat menjawab pertanyaan pertama.
“Bagaimana cara membagi waktumu dengan pekerjaan
dan kegiatan kuliahmu?” tanyaku yang seolah tak percaya Dia sanggup menjalankan
ketiganya setiap hari.
“Itu mudah Dani, waktu yang aku atur, bukan Aku yang
diatur oleh waktu.”
Itulah jawaban Agus, Dia memulai hari dengan pagi
yang berkutat dengan kerjaan di Sekolah, lalu disiang hari menjalani hobinya
menjadi pelukis pasir, sampai malam hari harus kuliah. Kamu harus percaya itu. Saya
saksinya.
Awalnya kendala yang dihadapi adalah membagi porsi
dari ketiga kegiatan tersebut, disaat sekolah tempat Agus bekerja menuntut
waktu yang lebih banyak, otomatis hobinya melukis dikesampingkan terlebih
dahulu. Bahkan waktu itu hobinya tetap dijalankan tapi kuliahnya yang
acak-acakan. Itu wajar, Agus bukan hewan yang bisa membelah dirinya menjadi dua
atau tiga bagian. Sehingga urusannya bisa ditangani semua.
Terkadang disekolah Agus malas, lebih ingin
menjalani hobi lukis pasir. Ada duitnya lumayan katanya buat ongkos berangkat
kuliah. Kadang juga Agus terpaksa meninggalkan tugas kuliah dikarenakan orderan
handicraft dari pasir lagi banyak. Dilema sekali yah. Jawab saja iyah.
Sebagai teman dan sebagai mahasiswa jurusan
manajemen ekonomi, Aku sering bilang kepada Agus agar pandai-padailah
memanajemen waktumu. Jalankan tugas sebagai pekerja operator sekolah, jalankan
hobi senimu, dan kuliahlah yang rajin biar Ibumu senang. Tapi, semua tidak
mudah. Sulit katanya seperti sulitnya mendekati Ningsih wanita idamannya.
“Klo Ningsih itu soal waktu dan pemikiran.”
“Maksudnya?” kataku “Waktu dan pemikiran?”
Jika sudah saatnya Ningsih pasti akan Agus temui,
sekarang Agus masih minder katanya, karena Dia belum sarjana. Padahal Ningsih
juga belum sarjana, gaji Ningsih sebagai guru honorer pasti Agus ketahui dari
Ibunya yang seorang guru juga. Waktu untuk diri sendiri saja masih tak
beraturan, apalagi nanti jika sudah bersama Ningsih.
Masalah pemikiran itulah hebatnya Agus. Baginya Ningsih
adalah tujuan, dan Ningsih juga masa depan. Sehingga beralasan untuk menjadi
sebuah pemikiran. Bagaimana mendapatkannya.
Agus bilang, untuk mendekati Ningsih dibutuhkan
kekuatan yang sangat besar, terutama urusan kekuatan mental. Sudah seperti apa
wujud Ningsih sekarang. Kata Agus masih tetep sama. Cantik.
“Aku bilang sama Ibu.”
“Bilang apa ? Klo kamu suka bolos kuliah ?”
“Bukan”
“Aku bilang, Do’akan Aku Ibu, agar bisa
mendapatkan wanita idamanku itu. Ningsih.”
Lucu memang, jaman sekarang sudah gak ada anak
lelaki umur 23 tahun yang bilang begitu kepada Ibunya. Menurut Agus do’a Ibu
cepet dikabulkan dan pasti terijaba.
Benar memang seperti itu caranya mendapatkan cinta Ningsih. Bukan secara langsungyang jelas itu akan membuat kecewa bila tak berhasil. Lewat do'a sosok Ibu yang jelas menjadi perantara paling baik untuk meminta kepada Tuhan.
“Haha, kata
ustadz dipengajian kampungku juga begitu. Do'a Ibu mantep.”
“Hahaha”
"Jika Ningsih itu bukan jodohmu bagaimana ?" tanyaku sambil tertawa.
Yah, itu berarti Dia adalah jodoh orang lain, dan Tuhan akan mengirim Ningsih lain sebagai penggantinya.
"Hahaha."
Lanjutkan minum kopinya, sudah malam tak ada yang
mendengar dua orang tertawa dan berbincang lepas. Mereka sibuk tidur dan besok
sibuk kerja. Rasakan.
Apa hal menarik yang Kamu dapatkan tentang Agus ? sehingga Dia pantas mendapatkankan Cinta Ningsih. Jawablah. Saya sudah tahu dari dulu.
agus yang dulu bukanlah yang sekarang, makin rapi aja si agus
ReplyDeletetuntutan peran :p
Deletecakep kga serem wkwk
ReplyDelete