Evaluasi dalam menulis, itu yang akan gue bahas pada postingan hari ini. Seorang Blogger, Penulis, atau kegiatan yang berkaitan dengan itu semua, baik yang pemula maupun yang udeh khatam (senior) harusnya sering melakukan evaluasi terhadap hasil tulisan yang kita buat sendiri sebelumnya.
Hal ini terhitung sangat penting
untuk dilakukan. Kenapa ? Hal ini bermanfaat ketika kita, poastinya sebagai manusia pastinya kita semua pernah mengalami kesalahan
dalam menulis baik berupa EYD, pengejaan kata yang salah, penulisan angka dan
huruf yang salah, hingga pembuatan tulisan dengan gaya bahasa yang
salah.
Gue termasuk salah satu orang yang terburu-buru untuk memposting tulisan, alhasil setelah gue baca ulang beberapa tulisan yang pernah gue post, keliatan deh ancurnya.
Malam ini gue buka lagi postinganlama, lalu membaca ulang, menandai kesalahan yang ada dalam tulisan tersebut dan melakukan perbakan semampu gue. Hal itu gue lakukan sebagai bentuk latihan dan melihat seberapa besar perubahan gaya atau kemampuan gue dalam menulis. Ada perubahan atau emang mentok gitu-gitu aja.
Ok, berikut gue mau ngasih contohnya disalah satu cerpen yang pernah gue post beberapa tahun lalu judulnya "Cinta Karung Permen" jelas sekali setelah dibaca ulang terdapat banyak kesalahan dan kualitas yang rendah. Setelah dilakukan evaluasi cerpen tersebut mengalami beberapa perubahan sebagai berikut :
Terlihat
lemah dan muram raut wajahnya saat itu, persis sekali cuaca saat ini dimana
keindahan mega merah berbaur senja tak terlihat, tertutup oleh awan kelam yang
berjalan dari arah laut berkumpul hitam diatas kepala bagi yag sedang memandang
langit hari ini, titik hujan atau tetes air mata kian samar yang aku lihat
diwajahnya sekarang.
Penuh sekali
wajahnya yang ayu dengan air mata harapan jika aku perhatikan dengan seksama,
sama penuhnya dengan titik air yang kini mulai memberi efek basah didahan juga
wangi tanah yang khas bercampur air.
Harapannya
mungkinkah sama dengan makhluk bumi lainnya ketika hujan tiba ? belum aku
sempat mengerti wanita itu menoleh liar ke arahku. Menahan rasa sakit jelas
sekali aku lihat lewat kerutan dibagian alis matanya yang membingkai indah,
sakit atas luka yang tak akan pernah terlihat percakapan jiwa belum dimulai
satu sama lain.
Seperti
orang tuli diri ini, hanya bisa diam menanggapi dialog khas drama korea dari wanita
itu, lalu aku duduk disamping tubuhnya yang dingin, disamping kakinya pula aku
masih jelas melihat sobekan foto kami berdua, meyakini bahwa sebuah tanda
amarahnya tidak bisa dipadamkan lagi oleh kata maaf dan tetesan air hujan malam
ini saja. Sekali lagi masih dalam kondisi menahan rasa sakit tanpa luka yang
terlihat jelas dia berkata.
“Aku sudah tak
mau lagi dengar semua alasan darimu, sebelumnya kamu pernah mengehianatin aku seperti
ini, tapi aku pertahankan semuanya, lupakan semuanya, dan mencoba bersama kamu
lagi yang katanya mau berubah. Tapi apa ?”
Inilah respo
ketika wanita sedang merasa dikhianati dan hancur hatinya, luapan amarah
dimalam ini mungkin puncak dari kesabarannya yang selalu diberikan kepadaku
tapi selalu diabaikan.
“Aku wanita
bodoh yang bisa kamu bohongin terus, buat apa coba kamu minta maaf jika terus
terulang lagi, memang bener kata Lusi mantan kamu itu, selamanya kita tak akan
pernah bahagia walau terus bersama.”
Mendengar
semua itu, aku hanya bisa menunduk dan memenuhi helaan nafas penyesalan, memang
benar selama ini aku yang salah, sedikitpun tak pernah menghargai perasaanya,
dan berulang kali menduakan cintanya sehingga kian menghancurkan rasa cinta dan
kepercayaanya.
Apa yang dia
diucapkan tadi mungkin hanya luapan rasa kecewa dari seorang wanita, biasanya
setelah habis malam suasananya berubah kembali cerah layaknya matahari pagi.
Huh,
silahkan saja marah sesukamu, aku tau batas keluh kesah dan resah darimu yang
bertahan satu malam saja. Entah tak tahan mendengar tangis wanita atau tubuh
ini kedinginan aku pun mulai beranjak darinya tanpa kata maaf yang biasanya
terucap, meninggalkan satu kantung permen yang tadi sempat aku beli di Toko Kue
Candy’s, memang itu pesananya 2 Minggu yang lalu, sekantung permen dengan
kemasan menarik bergambar tokoh kartun idolanya Hello kitty aku letakkan
disampingnya.
Lalu Aku
beranjak meninggalkan wanita lemah itu sendirian, ditengah gelapnya malam
ditambah hujan mengguyur luka hatinya. Semoga saja pagi aku sudah dapat ucapan
terimakasih ditambah penerimaan maaf darinya. Karena menurutku sulit
menyelesaikan masalah apabila masih panas amarahnya.
***
Memang lelah
menjalani kisah cinta diusia remaja seperti kita saat ini, masing-masing punya
ego dan saling berharap diberikan yang terbaik oleh pasangannya.
Rasa lelah
menemani tiduku malam ini, mungkin dia sudah pulang juga membawa sekantung
permen yang bisa menuntunnya membuka pintu maaf.
Alasan yang
belum aku utarakan kepadanya tadi yaitu rasa jenuh dalam sebuah hubungan,
sehingga menarik diri yang masih terbuai nafsu menghianati kasih tulus yang dia
berikan, seiring doa tidur aku sekali lagi meminta maaf kepadanya, mengakui
semua kesalahanku, dan berjanji memberikan cinta yang tulus seperti cintanya.
Dan lirik
lagu dari Irgy Fahrezhi berjudul Kamu Nyata yang aku dengar sebagai penghantar
tidur membuka mata hati yang lama tertutup rasa angkuh ini.
“Andaikan aku bisa memberi kau harapan yang kau mau
andai ku bisa..
Berikan yang sempurna, apa yang bisa membuatmu
bahagia,
andai kau bisa…
Kau,, terlalu berharga didalam hidupKu
hanya enggkau yang ada dimimpiku,,,” – Kamu Nyata
By Ost D’Bijis.
***
Malaikat
mana yang melempar tubuh ini kembali ketengah hujan, masih di lokasi yang tadi,
tempat dia duduk dan menangis, samar dari kejauhan aku dipaksa melihat dia
kembali, tapi kali ini wajahnya sudah berubah, tak ada lagi kerutan akibat
menahan rasa sakit diwajahnya, hanya ada cahaya terang yang menarik tubuhku
lebih dekat kearahnya, menikmati senyumnya yang indah, perasaan rindu pun
memaksa tubuhku meminta peluknya, pelukan erat seolah tak ingin lagi aku
membuat dia kecewa, wangi tubuhnya masih sama seperti awal kita saling jatuh
cinta.
“Maafkan aku
kekasihku, kau berhak menghukumku apabila kau mau, atas semua rasa sakit yang
sering kau terima dan nikmati sendiri.”
Pandangannya
tak menyiratkan sedikitpun dendam, inilah cinta yang dulu pernah hilang, inilah
sesungguhnya arti ketulusan. Engkau satu-satunya orang yang sanggup bertahan
denganku. Tak ingin melepasnya lagi dari pelukanku. Sampai kapanpun.
“Nak... bangun...
ada telepon untukmu…” terdengar suara
gaduh dari pintu kamar, ternyata itu suara Ibu.
“Kamu tidur seperti
orang mati aja, itu ada telepon untukmu, oh yah ini kenapa ada bungkusan permen ditempat tidur
sih jorok.“
Hah,
ternyata ini hanya mimpi, mungkin aku terlalu memikirkannya malam ini, sehingga
terbawa mimpi, hari memang sudah terang, dan telepon itu sepertinya dari dia,
tepat seperti dugaanku semalam, pasti dia akan meminta maaf dan tak marah lagi.
Segera aku
beranjak dari tempat tidur untuk menerima telepon.
“Iya halo...”
“Ini kamu
yah Romi, ini Mamihnya Rina, kamu bisa kerumah sekarang ?”
Ternyata
mamihnya Rina yang menelpon, apa dia melibatkan orang tuanya kedalam permasalahan
pribadi, apa dia sudah capek dan mengadukan ini kepada mamihnya, berbagai perasangka
muncul dikepalaku setelah menerima telepon itu.
“Nak Romi
tolong ke rumah yah, semua teman dan keluarga sudah berkumpul juga disini.”
Hah, untuk
apa semuanya berkumpul disana, gila juga nih cewek, apa yang mau dilakukannya
untuk membalas aku. Lalu aku yang penasaran beranikan bertanya kepada Mamihnya
Rina.
“Memang ada
acara apa yah Mih? Kok kumpul semua gitu, Rina sebelumnya tidak cerita apa-apa
ko.”
Dengan nada
setengah sedih atau terlalu sedih aku tak menyangka Mamih Rina pagi itu
mengabarkan bahwa putrinya Rina meninggal dunia, tertabrak mobil bus yang
dikemudikan sopir yang mabuk, semalam tadi. Sebagai kekasih dari putrinya Mamih
meminta aku untuk datang.
Kamu pasti
bisa merasakan apa yang aku rasakan sekarang, aku jatuhkan tiang telepon yang
terpegang erat ditangan kanan, dan terjatuh pula bungkusan permen ditangan kiriku
yang kubawa dari kamar.
Sedih,
menyesal, dan marah kepada diri sendiri akan kejadian ini. Semuanya salahku,
andai saja aku berani dan tak sombong untuk mengakui kesalahanku dan meminta
maaf kepada Rina, mungkin kejadian ini tak akan terjadi.
Maafkan aku
Rina, maafkan semua salahku, tenanglah kau disana, disisi Tuhan yang Maha
Cinta.
***
Bagaimana teman Ter-Karung, masih ada yang prlu dievaluasi gak dari cerpen ini. Share di kotak koment yah, kita sma-sama belajar.
Kereeen.
ReplyDeleteGue aja masih belepotan tiep bikin tulisan kayak gitu mas dani. :(
Kamu belepotan ih... *sodorin kanebo
DeleteBukan gitu jugaa. :(
DeleteEh eh mas dani gue nominasiin ke Liebster Award ya? Ini http://devafredeva.blogspot.com/2015/01/liebster-award-yuk.html
DeleteKalo berkenan boleh ikutan dong. :D
siap... :D
Deleteeditin naskah gw dong :D
ReplyDeleteAh lo lebih jago juga nulisnya dibanding gue. Kirim aje naskahnya, mau baca gue :p
DeleteBanyak manfaatnya nih :)
ReplyDeleteSemoga iya Bro. Thanks :D
Deleteevaluasi itu emang perlu iyap,
ReplyDeletekadang gue ngerasa tulisan gue bagus tapi ternyata nggak ada apa-apanya
kadang juga gue ngerasa tulisan gue jelek tapi orang lain bilang bagus.
ah..
Ah cuma perasaanlo doang ko. hehehe
DeleteYa, memang perlu koreksi ketika kita menulis. Biarkan mengendap terlebih dahulu, baru kita memulai untuk koreksinya. :)
ReplyDelete