Wednesday, 15 October 2014

Masih Bisakah





Masih bisakah mendengar alunan halus dari biola menenangkan hati ? disaat kegaduhan yang ditimbulkan oleh pemerintahan lama dan pemerintahan baru. Yang lama tak ingin citranya hancur diakhir masa kepemerintahannya dan yang baru tak ingin rusak citranya diawal masa kepemerintahannya. Masih bisakah ?


Seperti apa isi hati seseorang, yang merasa ada yang salah tentang hari ini, dimana acara hiburan anak yang bisa membuat mereka tertawa dan bahagia dihapus dan dilarang tayang oleh lembaga yang katanya berwenang. Tapi lihat saja, acara yang mampu meningkatkan kebahagian digantikan acara sampah yang semakin mainstream, tokoh utamanya berpenampilan menarik tetapi berkelakuan seperti binatang.

Mengatakan  orang lain salah lebih mudah dari pada menyadari diri sendiri masih banyak kekurangan.

Adalagi keserakahan yang mengatasnamakan pembangunan, penataan kota dan penambahan pendapatan daerah. Sisi-sisi jalan semuanya dipadati bangunan baru, smementara bangunan lamayang syrat nilai sejarh tak terawat, mengikis rasa memiliki menimbulkan jiwa-jiwa persaingan yang mulai sama serakahnya.

Disebelah sana, dipojok yang tak mungkin kau lihat jelas ketika berkendara, ada keluarga kecil makan tanpa tau cara minum yang benar, tanpa tau apa yang salahdari hidupnya, sehingga ketika ditanya sudah berama lama tidak makan, mereka menjawab tidak tau kami lupa.

Seorang ayah pun menunjukkan muka kebingungan, saat anaknya meminta ayahnya itu memvisualisasikan pelangi yang sering dinyanyikannya. Hari ini sulitnya mencari pelangi seperti sulitnya keluarga tadi mencari makan, walaupun kau kira mudah saja, tinggal buka google dan ketik kalimat pelangi si anak jadi tau visual pelangi, tapi kembali sang anak tak akan tau sebab adanya pelangi jika tak pernah menyentuh hujan saat masih ada sinar matahari dibalik awan.

Orang sombong dianggap biasa, orang biasa diangga sombong, merasa paling benar seolah dirinya tak bisa mati. Lihat saja aku, mungkin saja mati setelah kalimat terakhir tertulis. Entah ditikam, atau dibunuh secara keji.

Jangan heran mereka semakin giat mencari uang, karena takut nanti jika tak ada uang keinginanya tak terpenuhi.

Saya bilang apa nanti ketika calon mertua bertanya, punya apa kamu untuk menghidupi anak saya, si calon mertua mungkin lupa, bahwa manusia tak punya apa-apa di dunia ini yang bisa dibanggakan, bernafas saja butuh tumbuhan, matahari dan proses fotosintesis.

Belajar dari tongkat Musa, bukan belajar dari Tongsis tongkat para kaum 4L4y.

Media yang kau sering baca saat ini mungkin saja benar, tetapi kebenaran yang murni sudah kau tinggalkan saja sampai tertutup debu.
Sekarang bisa saja kalian memuja diri sendiri, tetapi apakah kalian mampu nanti menjelaskan dan menjawab dengan tangan kaki yang bersaksi.

9 comments:

  1. Sudah realitanya begitu mas... -__-

    ReplyDelete
  2. Sekarang lebih banyak yang belajar dari Tongkis :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Cetakan generasi akhir tak berkualitas :D

      Delete
  3. Iya nih, gegara dimanjakan teknologi. -_-

    ReplyDelete
  4. ikut nyimak saja, hahaha

    ReplyDelete
  5. Tak apa, yang penting sopan dan beretika. Thanks mas Akbar

    ReplyDelete