Masih bisakah mendengar alunan halus dari biola menenangkan hati ? disaat kegaduhan yang ditimbulkan oleh pemerintahan lama dan pemerintahan baru. Yang lama tak ingin citranya hancur diakhir masa kepemerintahannya dan yang baru tak ingin rusak citranya diawal masa kepemerintahannya. Masih bisakah ?
Seperti
apa isi hati seseorang, yang merasa ada yang salah tentang hari ini, dimana
acara hiburan anak yang bisa membuat mereka tertawa dan bahagia dihapus dan
dilarang tayang oleh lembaga yang katanya berwenang. Tapi lihat saja, acara
yang mampu meningkatkan kebahagian digantikan acara sampah yang semakin
mainstream, tokoh utamanya berpenampilan menarik tetapi berkelakuan seperti
binatang.
Mengatakan orang lain salah lebih mudah dari pada menyadari diri sendiri masih banyak kekurangan.
Adalagi
keserakahan yang mengatasnamakan pembangunan, penataan kota dan penambahan
pendapatan daerah. Sisi-sisi jalan semuanya dipadati bangunan baru, smementara
bangunan lamayang syrat nilai sejarh tak terawat, mengikis rasa memiliki
menimbulkan jiwa-jiwa persaingan yang mulai sama serakahnya.
Disebelah
sana, dipojok yang tak mungkin kau lihat jelas ketika berkendara, ada keluarga
kecil makan tanpa tau cara minum yang benar, tanpa tau apa yang salahdari
hidupnya, sehingga ketika ditanya sudah berama lama tidak makan, mereka
menjawab tidak tau kami lupa.
Seorang
ayah pun menunjukkan muka kebingungan, saat anaknya meminta ayahnya itu
memvisualisasikan pelangi yang sering dinyanyikannya. Hari ini sulitnya mencari
pelangi seperti sulitnya keluarga tadi mencari makan, walaupun kau kira mudah
saja, tinggal buka google dan ketik kalimat pelangi si anak jadi tau visual
pelangi, tapi kembali sang anak tak akan tau sebab adanya pelangi jika tak
pernah menyentuh hujan saat masih ada sinar matahari dibalik awan.
Orang
sombong dianggap biasa, orang biasa diangga sombong, merasa paling benar seolah
dirinya tak bisa mati. Lihat saja aku, mungkin saja mati setelah kalimat
terakhir tertulis. Entah ditikam, atau dibunuh secara keji.
Jangan
heran mereka semakin giat mencari uang, karena takut nanti jika tak ada uang
keinginanya tak terpenuhi.
Saya
bilang apa nanti ketika calon mertua bertanya, punya apa kamu untuk menghidupi
anak saya, si calon mertua mungkin lupa, bahwa manusia tak punya apa-apa di
dunia ini yang bisa dibanggakan, bernafas saja butuh tumbuhan, matahari
dan proses fotosintesis.
Belajar
dari tongkat Musa, bukan belajar dari Tongsis tongkat para kaum 4L4y.
Media yang kau sering baca saat ini mungkin saja benar, tetapi kebenaran yang murni sudah kau tinggalkan saja sampai tertutup debu.
Sekarang bisa saja kalian memuja diri sendiri, tetapi apakah kalian mampu nanti menjelaskan dan menjawab dengan tangan kaki yang bersaksi.
Sudah realitanya begitu mas... -__-
ReplyDeleteTak berarti diam dan pasrah juga :)
DeleteSekarang lebih banyak yang belajar dari Tongkis :D
ReplyDeleteCetakan generasi akhir tak berkualitas :D
DeleteIya nih, gegara dimanjakan teknologi. -_-
ReplyDeleteJadi budak teknologi maksudnya :D
DeleteAku gak bilang gitu loh -_-
Deleteikut nyimak saja, hahaha
ReplyDeleteTak apa, yang penting sopan dan beretika. Thanks mas Akbar
ReplyDelete