Saya
juga sadar bahwa saya adalah rakyat, buktinya ketika berkendara di jalan kota Serang
Banten masih diberhentikan Polisi Lalu Lintas. Lalu apa salah saya sampai Pak
Polisi berani-beraninya menghentikan laju motorku.
Saat
itu saya dan kekasih saya Sofi (nama disamarkan Sofiyan, Wanita 23 tahun) sedang asiknya
menikmati indahnya sore hari dan ramainya jalan kota. Sofi yang dijemput paksa
dari toko kue pasrah saja menyerahkan dirinya untuk diajak pulang, saya ingat
cara memaksanya saat itu.
“Hai
kamu wanita, jangan naek angkot sore ini, agar saya berguna sebagai seorang
kekasih.”
Begitulah
cara membuatnya mau dan membuatnya tersenyum, lalu naik tepat dibelakang
punggung yang siap dia peluk kapan saja dia mau. Sekali lagi saya buat
tersenyum ketika dia ragu melewati jalan kota, ragu karena hanya ada satu helm
yang sedang saya dikenakan. Bisa-bisa nanti kena tilang Polisi.
“Pakailah
helm ini,”
“Kamu
aja,”
“Enggak
kamu aja,”
“Kamu....”
“Kamu ini... yah” kejadian ini berlangsung selama tiga pulih menit empat puluh lima detik.
Dan
akhirnya kami putuskan tanpa melalui sidang MK helmnya Sofi yang menggunakan,
setelah sempat ngambek, tapi bisa diatasi dengan satu kalimat.
“Kamu
saja yang pakai, karena jika nanti jatuh (amit-amit) aku yang akan geger otak
dan bisa akan melupakanmu, untuk kamu yang pake helm tidak jadi geger otak dan
tetap akan selalu mengingatku.”
Selanjutnya
apakah Sofi jadi memeluk punggunggu yang disalah satu tulang rusuknya tertulis
namanya? Ternyata tidak, tidak sampai setengah jalanan Sofi menepuk
punggung secara perlahan,, perlahan,, lalu menjadi semakin kencang seperti memukul maling setelah ada
Pak Polisi menyetop laju kami, sekaligus menyetop romantisasi kami diatas motor.
“maaf, Selamat
Sore Pak” Tegas Bapak Polisi yang memberhentikan laju motor kami dengan posisi hormat seperti orang yang sedang
memberikan hormat kepada tiang bendera.
“Tau
salah kamu apa?”
“Saya
gak pakai helm Pak”
“Kalau
begitu bisa lihat surat-suratnya, SIM dan STNK.”
“Ini
Pak,”
Saya yang santai saja karena menganggap Polisi tak harus ditakuti. Takutlah jika kamu dilupakan seseorang yang tak bisa kamu lupakan. aseeek.
“Baiklah,
ikut saya ke Pos”
Raut
muka panik ditunjukkan Sofi akan kejadian itu, mungkin dia berkata dalam hati,
Sebelum paniknya menjadi sedih kami berdua segera ikut Polisi ke Pos. Jadi bingung,
ini petugas penertib lalu lintas atau pengirim surat dan wesel sih, pake acara ke kantor Pos segala.
Sampai
di Pos, saya diajak masuk untuk dibuatkan surat tilang, ruangan besar jadi penuh
karena ada beberapa Polisi lain yang sedang asik main PS, main Winning Eleven,
ada juga Polisi yang sedang melakukan selebrasi atas gool yang sudah dibuat
dipertandingan dengan Polisi lainnya yang masih kaya bocah bermain PS. Jadi malu
selebrasinya gara-gara ada saya masuk.
“Kamu
saya buatkan surat tilang yah karena pelanggaran lalu lintas.”
“Silahkan
Pak, asal jangan dibuatkan surat ijin sakit gak masuk kuliah.”
“Mau
damai atau Tilang?” tanya si Polisi sekali lagi.
Saya
belum ngajak ribut ko disuruh damai, apa ini tandanya saya harus ribut sama
polisi dulu? okelah klo begitu saya bakar saja Pos ini. Belum sempet ngambil kayu bakar lalu Pak Polisi berkata...
“Klo
damai cukup 250.000 saja, selesai disini tanpa melalui sidang.”
Sofi
terlihat kebingungan diluar, mungkin panik, tapi tadi sebelumnya saya sempatkan
menghampiri untuk bilang dan menenangkan.
Mendengar itu wajahnya menjadi semakin panik
bercampur bingung membuat semakin jelas manisnya dimataku.
Terlintasi sekilas
buku Pandji Pragiwaksono “Berani Mengubah” yang pernah saya baca, disalah satu Babnya berisi cara menghadapi Polisi
saat kena tilang, saya ingin melakukan apa yang saya dapat dari buku tersebut,
yaitu meminta SLIP BIRU yang berarti bersedia membayar denda tilang tanpa melalui
sidang apalagi damai. Nanti tinggal proses saja ke Bank BRI, lalu ambil STNK
dengan menunjukkan bukti pembayaran.
Tapi gak jadi saya lakukan, takut dikira
ngikutin gayanya Pandji, takut juga nanti ketemu mbak-mbak Teller cantik di Bank lalu jatuh
cinta dan mengalihkan hati dari Sofi.
Selanjutnya
saya meminta surat tilang dan bersedia menyelesaikan nanti lewat sidang saja,
terserah harus menunggu lama, yang penting gak berbuat suap yang diistilahkan “damai”
menurut si Polisi.
Akirnya
Polisi memberi SLIP MERAH dengan tulisan berisi pelanggaran yang saya harus
pertanggung jawabkan NANTI dipersidangan. Apa salahnya memberikan helm kepada kekasih?
Nanti akan kutanyakan kepada pak Hakim disana.
Lalu setelahnya segera pamit kepada Polisi yang sudi menilang saya, tak lupa kepada beberapa Polis yang
masih asik main PS untuk menemui Sofi yang lama menunggu diluar. Mukanya jadi tambah bingung,
panik dan mau nanya. Saya duluin aja dengan berkata.
“Yes,,,
saya menang lawan ak Polisi main PS, 3-0 tanpa balas”
“Gak
jadi ditilang?”
“Gak
jadi, Polisinyakalah maen PS, saya dibebasin”
“Beneran
bebas?”
“Iya,
bebas membawa kamu pulang sekarang, dan kembali menikmati sore menjelang magrib
dijalan kota.”
Berikut
dengan ekspresi kemenangan ala Jokowi di Pilpres kemarin, kemenangan atas hukum
yang harus ditempuh secara benar tanpa suap menyuap, hukum yang sebenarnya.
Untuk
cerita lain saat persidangkan nanti akan saya ceritakan, mau ngantuk dulu dan
mau mengingat yang indah saat jalan pulang bersamanya. Silahkan yang mau berkomentar dan berbagi pengalaman, ditunggu sampai 30 menit sebelum kiamat.
“Hai kamu wanita, jangan naek angkot sore ini, agar saya berguna sebagai seorang kekasih.” ini kalimat gombal terunik yang pernah gw baca, nyoba ah :)
ReplyDeleteJangan kecewa bila nanti dia lebih memilih abang angkot
Deletekalau cewenya memilih angkot di bandingkan naik motor yaa mending ngebut tumbuar aja polisi yang ada di depan nantikan di ajak main PS kalau menag ya gak di tilang kan.. heheh
DeleteJangan lupa Join this site back yaa kang
DeleteTuh silahkan tiru si Arif, dijamin bukan diajak maen PS, tapi diajak ke penjara,hahaha.
DeleteSiap sudah join, thanks
Hehehe... kalo saya baru pertama kali ketilang polisi,,, :D
ReplyDeletesemoga gakada yang kedua, ketiga dan ke delapan yah
DeleteBesok yang cerita sidang juga ceritain bro! Pengen denger kelanjutannya nih.
ReplyDeleteGue juga pernah kena tilang (lampu motor) cuman 15 rebu. No damai! :)
15 Rebu lumayan tuh beli martabak, siap bro, nanti gue ceritain, klo lagi gak bisa tidur lagi ya :D
Deletemahal amat tuh damai 250rb ya. mending bayar di pengadilan aja deh. haha.
ReplyDeletekerjaan polisi gitu ternyata ya. main PS. nanti gua bikin kesalahan deh, biar diajak main ps di pos
Gak gitu jga sih Man, yang ada lo mendingan newa PS 3.000 sejam
Delete“Hai kamu wanita, jangan naek angkot sore ini, agar saya berguna sebagai seorang kekasih.” ---> oke fix kalimat ini kalimat dewa, gue pun ikut nyengir mesem-mesem ga jelas -___-"
ReplyDeletebetewe soal slip biru dan merah itu emang penting loh, daripade damai ala polisi duit mulu kaan.
betul,, anak muda harus MELEK hukum
Deletedengan kerendahan hati, setelah membaca kemanagan tanding PS dengan Polisi 3-0,atas nama master PS winning, saya menantang kak Admin tanding bola lawan saya, kalau saya kalah blog kesayangan saya jadi tarohannya...gimana? punya keberanian ngga?
ReplyDeleteDosa ih, tarohan mah, gimana klo kita tarohan orang tua (ayah dan ibu). Biar nanti yang kalah jadi yatim piatu. :D
DeleteHahaha, kocak :D Aku sih belum pernah ditilang dan mudah-mudahan jangan :p
ReplyDeleteTandanya kamu tertib berlalu lintas Indi :)
ReplyDeleteAnjir se-selo-itukah? Haha bisa dicoba dan dipraktekan nih kalo nanti (amit-amit) ditilang.
ReplyDeleteSalam, ThrwBlog
Selowww, jangan takut polisi, klo tidur tinggal giles
DeleteTapi di tilangnya enak sama pacar
ReplyDeleteJangankan ditilang, ditabrak semut juga enak klo sama pacar mah :p
DeleteHahaha. Kasihan. Lucu juga sih tapi. :D
ReplyDeleteYang kasihan Polisinya kalah maen PS :p
DeleteKantor Polisi isinya Cuma PS yah?
ReplyDeleteTidak semua begitu, saat itu kebetulan ada :)
Delete