Sedikit
mulai menjadi terasa hangat malam diiringi
lagu asik yang dilantunkan oleh penyanyi legendaris Bob Dylan, walau angin masih menunjukkan
kuasanya untuk memaksaku mengambil jaket dikamar sebagai tanda telah kalah dan setuju
ini dingin.
Telah sampai pada urutan
hits Bob Dylan ke-3 Hurricane di playlist handphone yang tersambung headset. Telah
sampai juga pada tubuhku yang dibaringkan agar mata bisa melihat keatas kearah langit
yang sudah mulai gelap. Oh, bulan yang sama aku harap sedang dia pandangi juga
malam gelap ini.
Teringat kejadian tadi sore.
Saat membaca sebuah pesan yang berisi:
“Hai, ucapanmu berhasil
menjadi kenyataan, tertawalah bahwa aku benar kena tilang.” Aku ingin senyum
sejenak sambil mengetik sebuah pesan balasan.
“Benarkah? Mulai hari ini
aku berhenti berkata seenaknya.” Tadinya aku tak ingin membalas pesan itu. Takut
dikira cowok pendendam.
“Andai saja kau tak berkata
nanti aku akan ditilang dan ada polisi yang suka kepadaku lalu jadi sainganmu.”
“Hahaha...” Ini aku yang
selalu menertawakan hidup.
Indahnya membayangkan saat
dirimu diberhentikan oleh polisi yang gagah perkasa oleh sebab seragam yang
dikenakannya. Membayangkan kamu jadi diberihormat olehnya seperti tiang
bendera. Mungkin kamu bisa sedikit tenang karena ada ibumu yang siap melindungi
anak gadisnya. Itulah ibu yang ikut bersamamu diatas motor yang kini harus mau
masuk kantor pos polisi.
Kamu mungkin ditanya soal
kelengkapan kendaraan yang kamu kenakan dari arah kota cilegon menuju pulang ke
pontang. Ditanya juga soal surat izin mengemudi. Jawablah kepada yang bertanya
itu, bahwa izin sudah didapat dari yang punya jalan raya.
Aku juga bisa membayangkan
betapa gugupnya si polisi yang perkasa itu melihat wajahmu yang terlepas dari
helmnya. Wajah yang membuat semua lelaki atau pun perempuan terjebak dalam
situasi yang memaksa mengatakan “cantik sekali...”
Jika benar begitu, oh
indahnya lagi aku dapat saingan seorang polisi, seperti apa yang aku katakan
kepadamu dua hari sebelum rencana kepergianmu ke cilegon.
Jangan bilang aku ini orang
sakti yang perkataannya menjadi kenyataan. Aku malu, kata yang keluar itu hanya asal
keluar. Jangan juga risau jika suatu saat aku asal mengeluarkan kata-kata
lainnya. Belum tentu yang berikutnya menjadi nyata.
Demi Bob Dylan yang tidak
pernah lelah menghiburku lewat nyanyiannya, demi malam yang yang sudah mulai
larut, dan demi bulan yang tertutup awan gelap. Disini aku menyesal sudah
berbuat seperti itu, atau mungkin saja tidak ada kata menyesal, seandainya saja kata yang keluar saat itu adalah “nanti
kamu akan menikah denganku” lalu hal itu terjadi, mungkin malam ini adalah
malam dimana benar adanya kita sedang memandang bulan yang sama.
gonrong amar bro...
ReplyDeletejangan nyesel, kadang awalnya emng pahit tapi percaya deh akhirnya akan... kebih pahit he....
Yoi Bro... Gondrong is males cukur rambut.
DeleteAwal pahit ujungnya pahit? gpp dah, gue udeh terlalu manis sih:p
selamat beristirahat bro semoga banyak hikmah yang didapat
ReplyDeleteYoi Don... thanks...
Delete