Tazkiyyatun Nafs
Mabuk
Cinta (22:2)
Mahabbah
(cinta) merupakan tempat persinggahan, yang menjadi ajang perlombaan diantara
orang-orang yang suka berlomba, menjadi sasaran orang-orang yang beramal, dan
menjadi curahan orang-orang yang mecintai.
Dengan
sepoi anginnya, orang-orang yang beribadah merasakan ketenangan. Cinta merupakan
santapan hati, makanan ruh dan kesenangannya. Cinta merupakan kehidupan,
sehingga orang yang tidak memilikinya seperti orang mati.
Cinta
adalah cahaya, siapa yang tidak memilikinya seperti berada ditengah lautan yang
gelap gulita. Cinta adalah obat penyembuh, siapa yang tidak memilikinya maka
hatinya diliputi berbagai macam penyakit. Cinta merupakan sebuah kelezatan yang hakiki, siapa saja dia yang
tidak memilikinya maka seluruh hidupnya akan diwarnai kegelisahan dan penderitaan.
Cinta merupakan bagian dari ruh iman dan amal, merupakan juga sebuah kedudukan dan keadaan, yang jika cinta ini tidak ada
disana, maka akan tak ubahnya jasad yang tidak memiliki ruh. Cinta ikut memikul
beban orang-orang yang mengadakan perjalanan saat ke suatu negeri, yang tentu
saja mereka akan keberatan jika beban itu dibawa sendiri.
Cinta
mengantarkan mereka ke tempat persinggahan, yang selainnya tidak bisa
mengantarkan mereka ke tujuan tersebut. Cinta adalah kendaraan yang membawa
mereka kepada sang kekasih. Cinta adalah jalan mereka yang lurus, yang
mengantarkan mereka ke tempat persinggahan pertama yang terdekat.
Demi
Allah Swt., para pemilik cinta telah pergi membawa kemuliaan dunia dan akhirat,
sehingga akhirnya senantiasa bersama sang kekasih. Allah Swt, telah menetapkan
bahwa seseorang itu bersama orang yang paling dicintainya.
Sungguh
ini merupakan kenikmatan tiada tara yang diberikan kepada orang-orang yang
memiliki cinta.
Mereka
memenuhi panggilan kerinduan, saat ada yang berseru kepada mereka, “Hayya ‘ala’l
falah.” Mereka mengorbankan jiwa agar bisa bersama sang kekasih. Pengorbanan ini
dilakukan dengan suka rela dan ridha, rela melakukan perjalanan pada pagi dan
petang hari.
Pembayaran
secara kontan dari harga cinta yang sudah disepakati harganya, adalah denga
cara mengorbankan nyawa. Hal ini tidak berlak bagi orang yang bangkrut, bodoh,
bakhil da suka menawar-nawar.
Karena
banyak yang mengaku memiliki cinta, maka mereka dituntut untuk menyodorkan
bukti pengakua itu. Andaikan mereka diberi kesempatan untuk menyampaikan
pengakuannya, maka kesaksian mereka akan beragam. Lalu dikatakan, “Pengakuan
ini tidak bisa diterima kecuali ada buktinya.” Padahal Allah menantangnya pada
suratsurah Ali-Imran,3:31.
Semua
manusia tetinggal dibelakang, kecuali orang-orang yang mengikuti sang kekasih
dalam perbuatannya, perkataan, dan akhlaknya. Lalu mereka dituntut keadilan
bukti itu lewat proses jihad. Perhatikan firman Allah surah Al-Maidah, 5:54.
Kebanyakan
orang-orang yang memiliki cinta tertinggal dibelakang, dan yang bangkit adalah
orang-orang yang berjihad. Lalu dkatan kepada mereka, ”Sesungguhnya jiwa dan
harta orang-orang yang mencintai bukan milik mereka. Maka kesnilah untuk
menyatakan sumpah setia kepada Allah, perhatikan firman Allah, QS At-Taubah,
9:111.
Ketika
mereka mengetahui keagunggan pembeli dan harga yang tinggi, serta keagunggan
yang akan diperolehnya setelah terjadi kontrak jual beli, mereka pun tahu nilai
barang. Mereka juga melihat siapa saja orang yang bodoh, karena menjual barang
itu dengan harga yang sangat murah. Maka dengan penuh keridhaan mereka ikut
dalam perdagangan initanpa menawar dan memilih-milih, sambil berkata, “Demi Allah
Swt., kami tidak membatalkan dan kami tidak meminta pembatalan perniagaan
denganmu.”
Setelah
kontrak jual beli sudah rampung dan barang sudah diserahkan kepada pembeli,
maka dikatakan kepada mereka, “Sejak saat ini jiwamu dan hartamu menjadi milik
kami, dan kelak kami akan mengembalikannya lagi kepadamu dalam jumlah yang
lebih banyak lagi, jauh lebih banyak.” (Ibnu ‘I Qayyim Al-Jauziyyah, Raudatul
Muhibbina wa Nuzhatul Musytaqina, 1412 H/1992 H:149-154)
Pacaran, LDR, friendzone adalah cintanya kaum rendahan. Marifatullah adalah tingkat cinta tertinggi.
ReplyDeleteSatu kata lebih tinggi diatas kata Cinta. Yaitu Ikhlas.
DeleteKeren, no comment deh :D
ReplyDeleteNgikut komen ini :)
DeleteLah, ngaku gak komen tapi komen. hehehe. Thanks
DeleteLuar biasa, ini muhibullah, cara mencintai sesuatu atau seseorang karena Allah.
ReplyDeleteHal ini bisa meningkatkan keimanan seseorang dengan memperkuat pondasi cinta yang didasari oleh keikhlasan, ketulusan, dan kesabaran yang dapat mengantarkan dirinya pada cinta yang hakiki.
Apalagi sumbernya dari Ibnu Qayyim Jauzi, ulama salaf yang jadi idola saya.
Oya mas tolong diulang komennya jangan ada link dalam komentar. En komen juga yang sentuhan motivasi, makasih.